"Glean, jangan hancur karena kehilangan seseorang. Kamu gak bisa jamin orang itu selalu ada. Karena, kehadiran seseorang tidak akan selamanya ada. Semuanya akan pergi"
-Shareen Elleya Arlino
•●•●•
Tiga hari telah berlalu, keadaan Shareen semakin membaik dan menyelidiki pelaku semakin gencar. Gleano, laki-laki itu baru saja memasuki ruang inap Shareen. Ya, Shareen tidak diizinkan untuk pulang setelah sadar dari koma, dia harus melakukan perawatan dirumah sakit selama satu minggu.
Dengan keranjang buah ditangannya, Gleano melangkahkan kakinya menghampiri Shareen yang sepertinya tertidur. Gleano meletakan keranjang buahnya dinakas, setelah itu Gleano duduk disamping Shareen. Tangan milik Gleano mulai mengusap kepala Shareen dengan lembut.
Wajah yang sedikit pucat namun tetap terkesan cantik. Itulah pemikiran Gleano.
Mata Shareen mulai mengerjap, perlahan terbuka.
"Gleano?"
Gleano tersenyum, "iya ini aku. Kalo masih ngantuk, tidur aja. Istirahat" Shareen menggelengkan kepalanya. "Enggak, aku udah tidur cukup lama. Sekarang udah gak ngantuk" sebagai jawaban, Gleano mengangguk.
Gleano bangkit, mengambil salah satu buah yang dia bawa. Yaitu buah kesukaan Shareen, apel. Gleano mengambil satu apel berwarna hijau.
"Mau?"
Shareen tersenyum lalu mengangguk "Mau!"
Gleano mulai mengupasnya, memotongnya dengan potongan dadu lalu disimpan disalah satu piring plastik yang Gleano bawa.
Shareen mulai memposisikan tubuhnya untuk duduk, tak lupa Gleano membantunya.
"Aku suapin nih"
Gleano mengambil satu potong apel dengan garpu lalu disodorkan pada Shareen. Dengan senang hati Shareen menerimanya. Sesekali mereka ketawa dengan candaan Gleano, hingga tak terasa apel yang ada dipiring habis.
"Apelnya manis sama seger"
"Yaiyalah, aku carinya yang istimewa" balas Gleano sambil menyimpan piring dinakas.
Pintu ruangan terbuka. Gleano dan Shareen sama-sama menoleh.
"Bunda? Ayah?"
Ya. Mereka adalah Yuli dan Rizha. Yuli berlari kecil lalu memeluk Shareen.
"Shareen gimana keadaan kamu sekarang?" Tanya Yuli sambil melepas pelukannya. "Allhamdullillah, baik tan..."
"Eitsss jangan panggil tan, bunda aja"
Shareen tersipu malu.
"Ini pacar kamu?" Gleano mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Rizha. Rizha tersenyum ramah pada Shareen, "cantik ya, kok bisa sih pacaran sama Gleano?" Seketika Gleano menatap Rizha kesal. Yuli dan Shareen tertawa.
Gleano melirik kana kiri, tidak ada tanda keberadaan Kevan. "Bun, Kevan mana?"
"Langsung kerumah"
Gleano hanya menganggukan kepalanya. Seulas senyum terbit dibibirnya ketika melihat Yuli mengusap rambut Shareen lembut dan sesekali Rizha membuat mereka tertawa.
Pandangan mereka terfokus pada pintu yang terbuka. Ada Ari disana.
"Maaf ganggu"
"Ada perlu sama Gleano"
Gleano berpamitan pada Shareen dan kedua orang tuanya. Sepertinya ada sesuatu yang harus diselesaikan.
Gleano menatap Ari serius, Ari masih terfokus pada ponselnya. "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shareen & Gleano [COMPLETE]
Fiksi Remaja[COMPLETE] • Pada awal pertemuannya Shareen langsung masuk kedalam pesona seorang Gleano, begitu pun Gleano yang terbuai oleh paras Shareen yang begitu cantik dan senyumannya yang manis. Keduanya benar-benar beruntung bisa dipertemukan dan saling me...