20 | Closed Case

2.6K 216 8
                                    

Hai, semoga gak lupa ya. Aku kali ini bawa bab baru yang lebih panjang dari sebelumnya. Semoga ga bosen ya dan bisa ngisi satnight kalian. Kalau ada typo bisa comment in line ya. Terima kasih.

Happy reading!!

I'll find somebody who changes my mind. If they come along, I won't think twice.

Zedd & Kehlani - Good Thing

++++

Melihat keadaan Armin yang mengenaskan membuat Andrea mengerang kesal sembari memegangi kepalanya. Entah kenapa kejadian ini tak pernah terlintas di benaknya, sedikitpun. Tanpa sadar Andrea menitikkan air mata yang kemudian segera ia hapus sebelum Noah dan Justin menyadarinya. Astaga, ada apa dengan dirinya?

"Ketika aku turun pistol itu sudah menempel dengan kepalanya. Aku akan segera menghubungi pihak yang berwajib. Sebaiknya kalian segera hubungi RFI juga. Lebih cepat lebih baik," ujar Justin yang kemudian kembali naik ke lantai dua.

Noah mengisyaratkan kepada Andrea untuk segera pergi dari sini dan dibalas dengan anggukan kecil. Mereka segera menghubungi markas dan memberitahukan cerita singkat tentang kejadian hari ini.

Pihak kepolisian Seattle dan pihak rumah sakit setempat mulai berdatangann untuk memeriksa lokasi. Jenazah Armin sudah diamankan dan mereka menyatakan jika itu murni tindakan bunuh diri. Pihak kepolisian New York juga sudah menghubungi teman satu rumah Armin yang tinggal di Bronx. Ia siap terbang ke Seattle untuk datang di acara pemakaman.

Justin berjalan menghampiri Andrea dan Noah yang sedang duduk bersebelahan di kursi kayu tua. Tangannya menepuk pelan pundak Noah lalu tersenyum kecil. "Kalian kembalilah ke New York malam ini. Aku akan disini sampai hari pemakaman bersama rekanku. Aku yang akan menjelaskan kepada temannya atas kejadian ini. Lagipula dia memang murni bunuh diri, bukan?"

"Tapi, agent—" Andrea berusaha membantah.

"Mr. Jack yang meminta. Lagipula aku sudah pesankan tiket. Kalian berangkat pukul sembilan malam."

Andrea menghembuskan napas, pasrah. Pikirannya sedikit kacau. Entah apa yang harus ia katakan saat pertemuan bersama anggota RFI besok. Kali ini ia akan kembali dengan tangan kosong.

Keesokan paginya, rutinitas berjalan seperti biasa. Ia bangun, melakukan aktivitas paginya, dan bersiap untuk kembali bekerja. Ketika ia berjalan melintasi dapur, Andrea dikejutkan dengan keberadaan Andres yang duduk di dekat meja counter.

"Sudah berapa hari aku tidak melihatmu?" tanya Andres sembari menuangkan susu ke atas sereal.

Andrea tersenyum lalu mengangkat bahu. "Daddy memintaku untuk memberitahumu agar kau tidak terlalu sering pergi berpesta lalu menerlantarkan kuliah."

"Hei, aku tidak seperti itu! Yang benar saja," bantah Andres tak terima. "Well, aku mendapat berita ada kasus bunuh diri di Seattle. Apa itu kasus yang kau kerjakan?"

"Ya begitulah. Aku merasa kinerjaku buruk kali ini," ujar Andrea sembari menyuap sarapannya.

"Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu? Aku percaya kau pasti melakukan sesuatu yang terbaik bagi pekerjaanmu. Tentang dia bunuh diri tidak ada yang tahu Andrea. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Mereka semua pasti akan menghargai hasil kerja kerasmu."

"Baiklah-baiklah, terserah kau saja." Kali ini Andrea mengiyakan ucapan Andres sebab ia tak ingin berdebat panjang lebar meskipun hatinya berkata lain.

"Habiskan sarapanmu. Aku akan mengantarmu hari ini, kebetulan kuliah juga sedang libur."

Tidak di apartemen ataupun di markas, konsentrasi Andrea selalu pecah. Tadi pagi ia bahkan meninggalkan tasnya di dapur ketika mobil Andres sudah hampir keluar dari kompleks apartemen. Dan saat ini, ia sudah duduk lebih dari dua jam di depan komputer dan hanya berhasil menulis lima kalimat untuk jurnal bulanan.

Secret Message (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang