48 | Heart Decision

1.6K 171 26
                                    

Selamat malam. Hola, I'm back! 

Terima kasih buat kalian yang rela balik ke sini*sending virtual hug* 

Happy reading!

I know you need a little while to believe again, to love again.

Justin Bieber - No Pressure ft. Big Sean

++++

Russell Federation of Investigation, Manhattan, New York City.

Andrea terdiam, ketika teman-teman satu timnya melemparkan tatapan nanar kepadanya, kecuali Noah. Ini baru pukul sepuluh pagi, tetapi wajah mereka sudah seperti mayat hidup—tegang, pucat, tanpa ekspresi. Hal ini berawal ketika Andrea memutar rekaman percakapannya bersama Benji semalam. Ya, Andrea merekamnya diam-diam sebagai bukti.

"Katakan sesuatu padaku," pinta Andrea cemas, keheningan ini mulai mengusiknya.

"Sungguh," Lucas menyugar rambutnya, "aku tidak tahu harus berkomentar apa. Terlalu mengejutkan. Kau mendapatkan beberapa informasi penting dalam semalam."

"Tunggu, kau bertemu dengan siapa? Fred? Lalu ikut dengannya?" tanya Isaac dan dibalas dengan satu anggukan dari Andrea. "Sial Andrea, bisa-bisanya kau pergi tanpa teman. Dia orang asing, dia bisa melukaimu. Seharusnya kau menghubungiku, setidaknya aku tahu ke mana kau pergi."

Andrea melirik Noah, entahlah, sepertinya pria itu sedikit tersinggung akan ucapan Isaac—dagunya terangkat ketika ucapan Isaac berakhir. Kemarin malam mereka di sana, Noah bersamanya, namun pria itu hanya menahannya sekali. Tidak, Andrea tidak pernah berharap Noah akan menyusulnya, mengikuti Fred hingga ke kelab. Hanya saja respon Noah saat di apartemen—mengamuk tidak jelas membuat Andrea sedikit terganggu. Jika Noah memang tak peduli saat Andrea pergi, seharusnya Noah juga tidak datang ke apartemennya.

Beruntung, Andrea tidak bercerita jika ia bersama Noah semalam. Noah juga tampaknya memilih tutup mulut. Jika Isaac sampai tahu, sudah pasti ia akan mengajak Noah adu mulut sampai puas.

"Jangan terlalu cemas, aku kenal mereka. Buktinya sampai sekarang aku masih baik-baik saja."

"Jadi, untuk saat ini beberapa informasi sudah valid. Tinggal mencari tahu soal siapa—"

"Apa katamu? Valid? Bukti rekaman itu kau katakan valid?" Noah memotong kalimat Lucas dengan suaranya yang meninggi.

"Lalu apa mamumu? Mencari informasi lain? Cari saja sendiri! Seharusnya kau berterima kasih, sebab tidak perlu mencari informasi dengan susah payah." Bukan Lucas yang membalas, melainkan Isaac.

Noah berdecak kesal, ia sedikit memutar kursinya agar bisa lebih leluasa menatap Isaac. "Man, aku tidak bicara denganmu. Aku bicara dengan Lucas."

"Kau seperti bocah lima tahun saja. Kita tim, jadi apa pun yang kau ucapkan di sini dan punya hubungan dengan kasus ini, secara tidak langsung ditujukan untuk tim. Catat itu, Peterson."

"Baiklah-baiklah," Noah tertawa mengejek. "Jika itu maumu, sekarang aku sampaikan, kenapa tidak seharusnya informasi itu ditelan mentah-mentah. Dengarkan aku. Kalian perlu tahu siapa Benji sebenarnya. Nama aslinya Benjamin Martinez, dia mengaku padaku selain menjadi pemilik kelab, pekerjaannya adalah penjual informasi. Apa yang bisa kalian harapkan dari seorang penjual informasi yang tidak jelas latar belakangnya, aku yakin dia juga licik."

Seluruh perhatian terpusat pada Noah. Pria itu berbicara dengan entengnya, seolah semua yang ia katakan sudah disusun matang-matang di kepalanya.

"Bayangkan suatu saat keadaan akan terbalik. Bagaimana jika sebenarnya Benji punya hubungan dengan kasus ini? Bisa saja dia bawahan Tyler. Dia memancing kita dengan omong kosongnya agar kita masuk dalam perangkapnya. Seharusnya jangan sampai kita hanya mengandalkan satu informasi."

Secret Message (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang