Baby Daddy

2.4K 161 7
                                    

Halo, apa kabar? Maaf ya update tengah malam. Barus selesai diketik soalnya. 

Happy Reading!!

That's the beautiful thing about you.

Why Don't We - Big Plans

++++

Noah terbangun, merasakan getaran ponsel dari bawah bantal. Matanya mengerjap berkali-kali, menyesuaikan antara cahaya kamar dengan layar ponselnya. Waktu baru menunjukkan pukul lima pagi dan ini hari Minggu. Kenapa huarus ada seseorang yang menganggu hari tenangnya.

"Ada apa?" ucap Noah menjawab panggilan. "Oh, oke. Masuk saja."

Sebelum turun dari ranjang, Noah menyempatkan diri untuk memperbaiki posisi selimut Andrea, menariknya hingga punggung telanjang itu tertutup sempurna. Noah segera mengambil sweatpants serta kausnya, kemudian pergi meninggalkan kamar.

Saat pintu rumahnya dibuka, Noah melihat Damian sedang berdiri di samping petugas keamanan. Damian tersenyum kecil padanya, alis laki-laki itu juga bergerak naik turun.

"Saya membawanya masuk karena beliau sudah mendapat izin dari Anda melalui telepon."

"Hm," Noah mengangguk. "Kau bisa kembali."

"Dia berpikir aku adalah pencuri," sungut Damian. "Kau tidak pernah memberi tahu jika aku teman baikmu?"

"Tidak." Noah menutup pintu, membawa Damian masuk lebih dalam. "Setelah dua bulan lebih tidak pernah memberi kabar, pagi ini kau tiba-tiba menelepon dan mengatakan jika sudah ada di depan rumahku. Itu yang kau sebut teman?"

Damian terkekeh. Ia menepuk-nepuk pundak Noah sebagai permintaan maaf.

"Aku tidak lihat mobilmu. Lalu, ada perlu apa kemari?"

"Ceritanya panjang. Aku bingung harus mulai dari mana. Tetapi sebelum itu, Noah aku lapar."

Meski kesal, Noah tetap membawa Damian menuju dapur. Ia mengisi mangkuk dengan sereal serta susu, tak lupa ditambah sedikit buah berry. "Makan yang ada. Aku terlalu malas untuk mengotori dapur hanya karena kau lapar," tukas Noah. "Sekarang kau butuh apa lagi?"

"Boleh setelah ini aku berenang?"

"Hei bodoh!" Noah mengumpat karena terlalu kesal dengan Damian. "Ini hampir masuk musim dingin. Jika nantinya kau hipotermia, jangan salahkan aku."

"Aku bercanda. Ini," Damian menyerahkan map berwarna cokelat dari balik mantelnya, "bukalah."

Mata Noah meneliti cepat setiap lembaran kertas yang disimpan di dalam map. Tidak hanya itu, ia juga memperhatikan foto-foto yang ikut terselip di sana. "Apa ini?" tanyanya.

"Sebulan lalu aku pergi ke New York, mencari Natasha. Sialnya aku mendapat kabar jika dia datang ke Italia. Hidupnya selalu berpindah-pindah. Roma, Palermo, Catania, Naples, dan beberapa hari terakhir berada di Turin. Aku mencoba untuk datang diam-diam ke tempatnya semalam, sayangnya nyaris ketahuan. Padahal belum sampai tiga puluh menit aku berada di sana. Hanya dokumen itu yang berhasil kudapatkan."

"Payah sekali," ledek Noah. "Kau pergi sendiri?"

Damian mendorong mangkuk kosong ke tengah meja, berganti meraih secangkir cokelat panas.

"Tidak. Aku punya orang suruhan. Asal kau tahu, aku harus membakar mobilku untuk mengalihkan perhatian mereka. Kami melarikan diri naik motor dengan kecepatan tinggi. Setelahnya aku minta untuk diantar kemari "

"Kurasa jika hanya kehilangan satu mobil bukan masalah besar bagimu."

Damian tersenyum malu-malu, nyaris membuat ingin Noah muntah. Mungkin jika Damian adalah perempuan, wajahnya sudah pasti memerah.

Secret Message (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang