Detak jantungku terus berdetak kencang saat bersamamu. Memiliki istri seperti Lalisa adalah hadiah terbaik bagi Jungkook.
Sering kali Lalisa meminta bercerai darinya, namun sekalipun Jungkook tidak ingin mendengarnya. Ia mencintai Lalisa tidak pedu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siluet senja menembus pada kamar yang menghadap pada matahari langsung. Tampak seorang wanita yang masih pulas tertidur, sudah beberapa hari sejak hari itu Lalisa Jeon tidak mau keluar dari kamarnya.
"Hai bangun," bisik suaminya dengan lembut.
Wanita itu menggeliat memutar tubuhnya kini menghadap suaminya, membuka matanya secara perlahan. Lalisa hanya tersenyum tipis, senyum itu semakin lebar saat sebuah kecupan manis mendarat pada keningnya.
"Kenapa tidak bangunkan aku tadi."
"Akan aku buatkan sarapan."
Jeon Jungkook hanya diam memperhatikkan istrinya yang bersikap seolah tidak apa-apa. Pria itu melangkah mengikuti istrinya ke arah dapur.
"Kau mau sarapan apa?"
"Apa San sudah bangun? Tolong bangunkan dia harus sekolah, nanti jika telat dia bisa kena marah gurunya."
Lagi-lagi Jungkook hanya diam dan membalas dengan senyum tipis saat Lalisa menatap ke arahnya.
"Kenapa diam? Cepat panggil dia."
"San cepat bangun, sudah siang Sayang kau harus sekolah, bukan?" teriak Lalisa. Setiap hari ia selalu berteriak dari dapur memanggil putranya yang kamarnya tidak jauh dari dapur, satu jalur.
"Ahh, aku yakin semalam dia tidak tidur." Lalisa menghela napasnya, menaruh pisau di tangannya.
Hendak berjalan Jungkook mencegahnya. Lalisa mengernyit melihat raut wajah suaminya yang aneh.
"Kau kenapa sih?"
Jeon Jungkook menghela napasnya terlebih dahulu, menatap istrinya dengan serius. Lalu diraihnya tangan wanita itu untuk berbicara dari hati ke hati.
"Aku tahu ini berat, tapi kita tidak bisa berlarut-larut seperti ini. Jeonsan sudah bersama Tuhan."
Lalisa melepas tangan Jungkook dan menggelengkan kepalanya. "Jangan ngawur."
Wanita itu sudah berkaca-kaca, lalu berjalan cepat menuju ke kamar putranya.
"San."
"Sayang ayo keluar, ayo sarapan."
Lalisa terus berteriak, namun sang pemilik nama tak kunjung menjawab. Tentu saja sang anak saat ini sudah berbeda alam dengannya. Beberapa detik kemudian wanita itu menjatuhkan tubuhnya dan kembali menangis.
