Heartbeat
Rasanya aku ingin membenci dirimu setelah mendengar jawaban bodohmu itu.
•••
Cairan bening itu luruh seketika setelah berhasil menghindari Lalisa. Rasanya belum siap bertemu dengan sahabatnya dengan kondisi seperti ini.
"Eonnie menangis?" tanya Jasmine.
Jung Jaewon mengode Jasmine untuk tetap diam, lalu pandangannya beralih pada Rose yang duduk di kursi tunggu rumah sakit. Seberapa kuat Rose menahan air matanya, tetap saja rasa sakitnya lebih kuat.
"Sebaiknya kita pulang saja." Jaewon membantu Rose untuk berdiri, alih-alih wanita itu malah memeluknya erat.
Jaewon diam, membiarkan Rose mengadu padanya. Memberikan bahunya sebagai sandaran, tangannya juga menyentuh lembut rambut sahabatnya. Beberapa detik kemudian, Rose menatapnya dengan serius, mata itu terlihat sekali bahwa Rose sangat terluka.
"Apa aku salah?"
"Aku benar-benar takut untuk bertemu mereka. Aku tidak ingin mereka mengasihaniku saat melihat kondisi seperti ini, aku tidak ingin dikasihani, Jaewon." Isak tangis Rose semakin menjadi saat mengutarakan apa yang dirasanya.
Jaewon mengangguk paham, tangannya menggegam kembali tangan Rose membuat wanita itu menatapnya sendu. "Aku tahu, tapi jika boleh jujur, caramu salah. Kau mengenal sahabatmu dengan baik, bagaimana bisa kau berpikir seperti itu tentang mereka? Aku yakin, mereka ingin berada di sampingmu saat seperti ini."
Mendengar ucapan Jaewon membuat Rose memundurkan langkahnya. Wanita itu tertawa kecil.
"Aku bukan seperti itu, sekalipun aku sakit aku tidak ingin membagi luka itu dengan mereka. Kehadiranku di antara mereka hanya beban."
"Jadi itu alasanmu pergi begitu saja?"
Rose dan Jaewon mengalihkan pandangannya pada suara Lalisa yang tiba-tiba datang. Buru-buru Rose menghapus air matanya, mengangkat pandangannya dan mengangguk.
"Katakan padaku, bahwa kau bukan Rose."
"Aku dan Jennie tidak pernah berpikir bahwa kau beban di dalam pertemanan kami, jika salah satu dari kita jatuh tentu saja sudah seharusnya saling membantu. Sekalipun aku tidak pernah berpikir seperti itu, bagaimana bisa kau berpikir seperti itu."
"Aku lihat hidup kalian baik-baik saja tanpaku, jadi apa masalahnya jika melupakanku." Rasanya sangat sakit saat Rose mengatakan kalimat itu.
"Biarkan saja dia pergi, lagipula mana ada teman yang pergi meninggalkan temannya saat berada dalam kesusahan."
Ketiga orang itu mengalihkan pandangannya pada suara Jungkook yang datang tiba-tiba.
"Suamimu benar."
Mulut Lalisa terasa dikunci, sangat sulit untuk mengatakan sesuatu yang sudah ia rangkai. Ia pikir setelah bertemu dengan Rose, kehidupannya akan lebih baik. Alih-alih, sahabatnya itu tiba-tiba berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat✔
FanfictionDetak jantungku terus berdetak kencang saat bersamamu. Memiliki istri seperti Lalisa adalah hadiah terbaik bagi Jungkook. Sering kali Lalisa meminta bercerai darinya, namun sekalipun Jungkook tidak ingin mendengarnya. Ia mencintai Lalisa tidak pedu...