Heartbeat
Sama seperti laut, aku hidup mengikuti ombak yang selalu bergerak setiap saat. Kadang surat kadang pasang.
•••
"Kau tidak sarapan, dulu?"
Langkah Lalisa berhenti saat mendengar suara dari kakak iparnya yang tengah sarapan sendirian. Tampak Son Seungwan yang mengode dengan ekor matanya. Menyuruh Lalisa untuk ikut sarapan dengannya.
"Sarapan dulu, sebentar. Tidak lama kok, jika kamu sakit. Aku yang akan kena marah suamimu, dia menitipkanmu selama di luar kota."
Lalisa menghela napasnya, lalu duduk di depan Seungwan. Baru ingin mengambil nasi, kakak iparnya itu sudah mendahuluinya.
"Kau senang?"
"Jangan melupakan pekerjaan, tetap lakukan kewajibanmu sebagai seorang istri." Seungwan berkata dengan mengambilkan makanan pada Lalisa, lalu ekor mata keduanya bertemu.
"Harusnya suamimu itu mengantarmu di hari pertamamu bekerja, alih-alih meninggalkanmu. Akan aku tegur setelah dia pulang."
Sebuah senyum terukir pada sudut bibir Lalisa, ia menyukai cara Seungwan perhatian padanya. Ia seperti memiliki sosok seorang kakak.
"Kamsahamnida."
Son Seungwan mengangguk, lalu kembali pada makanannya yang baru setengah ia sentuh itu.
"Eonnie."
Wanita yang dipanggil itu hanya menyahut, tanpa melihat Lalisa yang menatapnya sendu.
"Apa kau tidak berkeinginan menikah? Maksudku mempunyai keluarga, aku rasa usiamu sudah cocok untuk menikah." Lalisa berkata dengan ragu-ragu, setelah mendapat balasan tatapan dari Seungwan, ia malah menjadi takut.
Son Seungwan tak kunjung membalas, Lalisa jadi semakin takut saat melihat wajah wanita itu yang kembali dingin.
"Maafkan aku, makanannya enak."
Setelah itu, tiba-tiba Seungwan beranjak dari duduknya. "Teruskan sarapanmu, aku harus segera ke galery."
Lalisa hanya mengangguk, lalu ekor matanya beralih pada layar ponselnya. Menunggu sebuah pesan dari suaminya yang sejak tadi pagi tak kunjung memberi kabar.
"Nyonya, mobilnya sudah siap."
Lalisa mengangguk, setelah itu mengikuti langkah supirnya. Tidak membutuhkan waktu lama, kini ia telah sampai di rumah sakit tempat di mana ia akan bekerja.
"Lalisa-ssi!"
Lalisa menoleh pada suara seseorang yang memanggilnya. Lalu tersenyum ramah saat Jung Jaehyun berjalan menujunya, Kang Seulgi juga berada di belakangnya.
"Semangat untuk hari pertama bekerja, untukmu."
Senyum Lalisa semakin melebar setelah membuka sebuah aplop yang berisi tes keseluruhan kesehatannya mulai dari fisik hingga jiwa.
"Gomawo, kau psikiater yang hebat."
Kang Seulgi mengangguk dengan senyum ramah, lalu ketiganya berjalan bersama. Ekor mata Lalisa terus menyapu gedung rumah sakit ini, dulu waktu magang ia juga bekerja di sini. Jadi, itu akan lebih mudah bagi Lalisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat✔
FanfictionDetak jantungku terus berdetak kencang saat bersamamu. Memiliki istri seperti Lalisa adalah hadiah terbaik bagi Jungkook. Sering kali Lalisa meminta bercerai darinya, namun sekalipun Jungkook tidak ingin mendengarnya. Ia mencintai Lalisa tidak pedu...