||43. Killing Me°

1.8K 200 25
                                    

Heartbeat

Semakin aku menahan dan diam untuk tidak bertanya apa yang terjadi, semakin juga aku membunuh hubungan ini secara perlahan.

•••

Sekitar tiga puluh menit Rose masih mengamati kedua pria yang hanya duduk dalam suasana hening. Seperti keinginan Rose sebelumnya, ia ingin melihat Jaehyun dan One mengobrol bersama, namun yang dilihatnya malah kedua pria itu hanya berdiam saja.

"Ah.., sudahlah. Tidak berguna meminta bantuan kalian." Rose bersuara membuat kedua pria itu langsung menatapnya.

"Aku ingin tidur sendiri malam ini, Oppa tidur saja di luar," lanjut Rose ketus, lalu beranjak dari duduknya meninggalkan kedua orang itu.

"Hyung, ayo bermain golf." Jaehyun bersuara dengan suara yang terdengar begitu berat, beberapa detik terjadi keheningan, Jaewon sendiri masih berusaha untuk mencerna ucapan adiknya itu.

Sedangkan, Rose menoleh kembali dan tersenyum. Lalu berjalan mendekat berada di antara kedua pria itu, senyumnya mengembang dengan kedua mata berbinar semakin membuat Jaehyun dan Jaewon tidak bisa berbuat apapun.

"Kau sudah gila malam-malam seperti ini?"

"Memangnya kenapa? Kita memiliki pencahayaan, bukan. Tidak usah seperti orang susah." Setelah itu Jaehyun berjalan terlebih dahulu menuju ke lapangan.

"One, semangat." Rose tersenyum pada sahabatnya itu sembari memberi semangat dengan mengangkat tangan kanannya.

"Aku melakukan hal ini untukmu."

"Gomawo."

Kini Rose duduk sembari menikmati cemilan sehat, mengamati dua orang itu yang memulai bermain. Pada menit-menit awal keheningan yang terjadi, namun memasuki menit dua puluh Jaewon mulai bersuara meracau karena bolanya yang tidak masuk.

"Kau bermain dengan curang, ya."

Jaehyun masih fokus pada stick pemukulnya, beberapa saat diam untuk membidik bola itu. "Yah."

"Curang apanya, kau saja yang tidak bisa."

Rose semakin tersenyum saat merasakan suasana hangat pada kedua adik kakak itu. Lalu, tangannya menyentuh perutnya dan berkata, "lihatlah ayah dan pamanmu itu."

"Sepertinya kau sangat bahagia, Rose?"

Wanita pemilik nama itu mengangkat pandangannya saat mendengar suara Seulgi yang kini tiba-tiba berdiri di depannya. Kang Seulgi melipat kedua tangannya pada dada, sebuah senyum kecil, namun terlihat seperti sebuah ancaman juga tercipta pada sudut bibir Seulgi.

"Kau memanfaatkan anakmu agar mereka kembali bersatu?" Seulgi kembali tertawa, lalu tatapannya berubah menjadi tajam, "Setelah ini apa yang akan kau maanfatkan? Meluluhkan hati mertuamu agar menerima dirimu seutuhnya."

Rose menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan Seulgi yang terkesan memancing itu. Membalas tatapan itu dengan tajam dan mengangkat kepalanya hingga kini sejajar pada Seulgi. "Kau tidak menyukainya?"

Tawa Seulgi pecah saat melihat Rose. "Setelah menjadi menantu keluarga Jung sekarang kau sudah berani untuk mengangkat pandanganmu, ya."

"Seulgi."

Heartbeat✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang