40. the past

2.2K 178 16
                                    

"Dew" panggil Jeno, yang menyadarkan Dewi dari diam nya.

"Ah, ya park dewi" saut dewi, dan langsung melepaskan genggaman tangan bersama mark.

Jeno langsung tersenyum dan menggenggam lengan dewi, menuntunnya untuk duduk di sebelahnya.

Berhadapan dengan Mark di sebrang sana, pria itu, Mark lee yang mengatakan bahwa ia rindu dan ingin menemui nya.

Dan sekarang mereka bertemu dengan situasi yang berbeda.

Dia Mark lee, pria yang dulu Dewi banggakan, yang selalu menjaganya, selalu melindunginya, selalu mengingatnya, selalu ada di samping nya, pria yang sangat dewi sayangi, dulu.

Sebelum pria itu menghilang, tidak mengabari nya, tidak memberitahu nya dimana ia berada, menghilang bagai di telan bumi, 2 tahun lamanya.

Sulit bagi Dewi untuk meyakinkan hatinya untuk menerima seseorang kedalam hidupnya, karenanya.

Dewi tidak mau di tinggal, untuk kesekian kalinya.

Dan sekarang, pria itu kembali dan duduk tepat di hadapannya, sedang tersenyum dan menatapnya dalam.

Ingin rasanya dewi tertawa bersama chenle dan haechan, atau mengobrol ria bersama Jaemin dan jisung, tapi rasanya dunia berhenti begitu saja, tepat pukul 21.00 malam, tanggal 25 Februari, rasanya Dewi ingin menangis, melihat pria di hadapannya ini.

Jujur Dewi pun sangat merindukannya, rindu dengan senyuman yang ia tunjukan sekarang, rindu dengan suaranya, rindu segalanya tentang nya.

Tapi ia harus kuat menahan segalanya, menahan rasa rindu nya, dan menahan air matanya, untuk tidak jatuh di hadapannya.

Dewi harus melupakannya, harus, ia harus melupakan Mark lee, masa lalunya.

"Dew, tumben diem aja? Kenapa?" Ucap Jeno, membuat dewi melihat kearah nya.

Dewi menutup matanya, dan menghela napas.

"Gapapa ko ka" saut Dewi dengan tersenyum.

Jeno menatap Dewi, dalam hatinya mengatakan bahwa Dewi sedang berbohong kepada nya.

Dan dari sikap Dewi, sangat berbeda malam ini, bukan hanya Jeno yang memperhatikanya sejak tadi.

Renjun, ia melihat hal aneh, dan keyakinannya hanyalah, Dewi memiliki hubungan lain dengan Mark, temannya.

Terlihat jelas dari mata mereka, dan Mark. Yang sedari tadi memperhatikan Dewi dengan tersenyum kecil kearahnya.

"Dew mau pesen apa? Gue mau nambah hehe sekalian nih" tanya haechan tiba tiba, sambil melihat daftar menu.

"Jisung mau roti bakar selai kacang enak kayanya bang, hehehe" kata jisung, sambil tersenyum kearah haechan, dan membuat haechan menatap sebal kearah jisung.

Jisung langsung melihat kearah Dewi dan mengucapkan.

"Dewi, mau kan? Berdua aja ya hehe, jisung jg gabakal abis, yah yah" sambung jisung.

"Ngg_"ucap Dewi terpotong oleh jisung.

"Ngga papa aku kan baik, bang haechan udah pesenin aja" ucap jisung.

Setibanya pesanan roti itu sudah ada di hadapan mereka. Dan jisung dengan semangat memakannya.

"Dewi kamu gamau?" Ucap jisung, sambil menatap Dewi dengan mengerjapkan matanya.

"Eh ngga ko ini aku mau" ucap dewi, dan baru saja ia ingin mengambil roti yang ada di hadapannya.

Mark, lelaki itu yang sedari tadi hanya memperhatikan Dewi, langsung membuang roti yang  berada di garpu, yang di pegang oleh Dewi.

Dengan amarah Mark membuangnya, dan menatap kearah Dewi.

"Kamu mau mati, hah?" Ucap Mark menatap serius kearah Dewi.

Semua yang ada di meja tersebut langsung melihat kearah Mark degan tatapan bingung, dan dewi hanya menunduk.

Jeno yang melihat Mark berbeda sejak tadi pun langsung membuka suara.

"Kenapa si ka?" Tanya jeno, dan Mark mengabaikan itu.

Mark langsung memegang lengan Dewi, da menatap nya.

"Kamu mau mati? Aku tanya sekali lagi uwi" ucap Mark.

"Kamu ini kenapa hah, kamu tau kamu alergi kacang, dan kamu mau memakan itu?"

"Kamu boleh pergi dari samping aku, tapi jangan ngelakuin hal yang buat kamu sakit, cukup uwi"

Diam semuanya diam, tidak ada yang menjawab Mark.

Dugaan renjun pun benar, dan Jeno ia hanya menatap lengan Dewi yang di genggam erat oleh Mark.

"Jawab aku" ucap Mark

Dewi langsung melepaskan genggaman tangan Mark, dan langsung menatap Jeno yang ada di samping nya.

"Aku mau pulang ka" ucap Dewi, dan Jeno langsung menarik tangan Dewi keluar dari kafe tersebut.

***


Jeno membawa dewi ke taman yang dekat dengan kafe tersebut, ia menatap dewi, pandangan matanya kosong, Jeno menangkup kedua pipi nya.

"Nangis aja, jangan di tahan" ucapnya, dan Dewi meneteskan air matanya yang sudah ia tahan sejak tadi.

Jeno langsung menarik Dewi kedalam pelukannya dan mengusap punggung gadis  itu.

"Hiks hiks"

Cukup lama Dewi menangis di dalam pelukan Jeno, Dewi langsung menatap Jeno.




"Kaka ga bakal ninggalin aku?" Tanya Dewi tiba tiba, tapi dalam hatinya berkata sebaliknya.

Hal yang ia takutkan.
















Sorry gues aku up lama😭 papah aku meninggal😭 ga sempet pegang hp😭 tolong doa in yahhh semoga Khusnul khatimah 😭

Bersamamu | Lee jeno [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang