Bab 3

632 64 4
                                        

Pangeran Pramana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pangeran Pramana

▪️▫️▪️

"Tak terlalu banyak, tapi tetap menyakitkan."

-----

"Ini, makan."

Anna mendongak. Dia berhenti sebentar dari kegiatannya menyanyikan lagu yang bermain di ponsel barunya. "Wah, lo terus kasih gue makan, deh, akhir-akhir ini. Baik banget. Gue jadi makin demen."

Abil terkekeh. Tak menanggapi candaan Anna. Dia memilih duduk di samping gadis itu yang sudah sibuk membuka jajanannya dengan jemari yang tampak kena sayatan pisau. Anna makan dengan lahap. Mulutnya sampai penuh, tapi itu tak menghentikannya dari memberi pertanyaan. "Kok, lo belum punya pacar, sih?" Itu bukan pertanyaan asal-asalan. Anna jujur penasaran. Jika Abil sebaik dan seperhatian ini pada teman yang bisa dibilang masih baru dikenalnya, apalagi pada seorang gadis spesial nantinya. Jadi, kenapa status di Facebook Abil malah tertulis single?

Kini, Abil memperbesar ukuran matanya. Kelewat terkejut dengan pertanyaan penuh spontanitas yang Anna beri. Alih-alih menjawab, Abil malah disibukkan dengan wajah Anna yang kelihatan lucu baginya. Kedua pipi gadis itu menggembung dan bergerak dengan teratur, bibirnya yang mulai kena remahan sedikit mengerucut, terlebih matanya yang memandang Abil penasaran sedikit lebih bulat dari biasanya; bulu matanya pun terlihat lebih lentik. Atau jangan-jangan... Anna memang secantik ini sejak dulu? Abil memang mengeluarkan pernyataan semalam mengenai Anna yang lebih cantik dari Anisa. Tapi seiring bertambahnya detik, menit, jam, dan hari berganti, Abil melihat Anna jauuuuh lebih cantik dari yang sebelumnya.

Padahal wajah Anna tidak mendapat perlakuan berbeda dari yang semalam. Wajahnya masih pakai bedak bayi, bibirnya pun hanya dipoles pelembab dengan tipis. Lalu, kenapa Anna terlihat berbeda?

"Bil?"

Anna memiringkan kepalanya sedikit. Bingung kenapa Abil tiba-tiba diam padahal dari pertanyaannya barusan, Anna yakin Abil bisa menjawabnya dengan mudah. Mungkin hanya sekadar 'ya, karena gue mau aja' sudah cukup. Lagipula, itu bukan pertanyaan berat seperti soal ujian Matematika yang perlu dipikirkan sampai kepala botak---apa mungkin Abil tersinggung dengan pertanyaan itu? Barangkali. Memangnya ada orang yang senang ditanya kenapa belum punya pacar?

Aduh, aduh. Kalau Abil kesal dengannya bisa masalah. Anna sedang tak ingin menambah beban berat di kepalanya. Urusannya sekarang sudah terlalu membanjir di benak, sibuk mendorong dinding agar segera keluar. Anna tak boleh membiarkannya begitu saja. Nanti, semuanya khawatir padanya.

Cukup dia yang khawatir.

Anna mengangkat kedua tangannya, menggoyangkannya di depan dada sembari tersenyum lebar hingga gigi-giginya tampak. Wajahnya kelihatan merasa bersalah dengan bentuk senyum yang tidak sebagaimana seharusnya. "K-kalau gak mau jawab, gak papa, kok. Hehe. Maaf, nih, ya? Padahal gue sendiri juga jomblo, haha."

In Every HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang