Bab 9

374 54 3
                                    

Abileo Jacob Ricardo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abileo Jacob Ricardo

▪️▫️▪️

"Pada akhirnya, Tinkerbell tetap memilih bersama Peter Pan."

-----


"Oke, satu kata."

Abil mengangkat wajahnya dari buku komik yang sedang ia baca. Abil mengerutkan keningnya, meskipun sebenarnya dia hampir tak sanggup untuk mengeluarkan diri dari keterkejutan. Anna tak boleh melihatnya sedang terpana seperti orang idiot. "Hah?"

"Cantik, kok, An," sebelum Anna berkata lebih lanjut, Pangeran datang dan memberi komentar. Abil menatapnya. Merasa begitu kesal sampai ingin mencakar wajah bocah ingusan itu. Tapi setelahnya, segera memalingkan wajah untuk melirik Anna. Gadis itu tersenyum lebar dan matanya berbinar. Rias wajahnya membuatnya terlihat sangat manis, apalagi ditambah dengan baju terusan sampai betis yang berwarna krem. Pangeran salah. Anna tidak cantik. Dia sangaaaat cantik. Cantik sekali sampai Abil takut matanya akan buta jika melihat betapa sempurnanya makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini.

"Udah siap?"

Anna mengangguk, "siap, dong!"

"Oke, sepuluh menit lagi ke backstage, ya? Gue ngurus yang lain dulu." Setelah Pangeran pamit pergi, Anna masih tak melunturkan senyumannya. Justru sekarang dia hanya bisa menutup wajahnya yang merah karena merasa begitu senang.

Abil tidak tahu harus ikut merasa senang atau justru ingin melemparkan bacaannya ke lapangan. Rasanya begitu panas, sampai-sampai membuatnya sesak napas. Jadi, setelah menghitung sampai sepuluh untuk mendinginkan kepala dan hatinya, Abil justru bertanya, "Kenapa lo? Kesurupan?"

Anna sontak menurunkan tangannya dan berdecak menatap Abil, "iya! Masalah buat lo? Enggak, kan? Bye!" Kemudian beranjak menjauh sambil menghentakkan kakinya. Tapi tidak sampai di langkah ke lima, dia sudah berhenti, berbalik dengan masih menunjukkan raut wajah kesalnya, lalu kembali berjalan ke arah Abil lagi. Dia bersedekap, mendengkus kasar, dan duduk di sebelah Abil, "kata Pangeran sepuluh menit lagi."

Abil mati-matian menahan untuk tidak menonjok Pangeran detik itu juga. Dia menekan gigi-giginya dengan kuat, mengangkat bacaannya dan menatap kosong lembaran-lembarannya.

"...kit."

"H-huh?" Abil menoleh ketika tak jelas mendengar suara dari Anna.

!!

Sejak kapan Anna sedekat ini?!

Anna memang duduk di sampingnya, tapi sekarang kedua tangannya ada di sudut dudukan kursi, menopang tubuhnya yang miring ke arah Abil. Abil tidak terlalu tinggi, jadi ujung kepala Anna sekarang berada di garis lurus dengan mulutnya. Tentu saja, jarak sedekat itu membuat jantungnya berdebar lagi.

In Every HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang