Bab 13

335 46 0
                                        

Abileo Jacob Ricardo(Versi Badboi)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abileo Jacob Ricardo
(Versi Badboi)

▪️▫️▪️

"Tidak ada yang menanti kedatangannya di rumah."

-----

"Gue gak ngertiiiiiiiii!"

Putri mengangkat bukunya tinggi-tinggi setelah berdiri di atas kursi dengan satu kaki ke meja. Anna di sebelahnya menampilkan tawa yang cukup panjang melihat sahabatnya yang frustasi. Kemudian, Anna berdeham dan ikut-ikutan berdiri seperti Putri. "Gue gak ngertiiiiiiiii!"

Kemudian Parde, salah satu cowok nakal yang satu kelas dengan mereka berjalan sambil bersiul di depan mereka. "Pink-pink polkadot sama coklat karamel, ya? Bwahaha!"

Putri dan Anna sama-sama menunduk lalu memukul kepalanya dengan keras. Putri dan Anna tidak memakai sesuatu yang pink-pink polkadot atau coklat karamel, artinya Parde tidak melihat apa-apa. Tapi, tetap saja mereka tersinggung dan kesal. Sampai dua puluh detik setelahnya, permintaan maaf Parde sama sekali tidak didengar.

"Put, An, kasihan Parde," Pangeran baru masuk kelas. Dia baru saja kembali setelah mengantar buku milik guru yang mengajar les tambahan.

Anna langsung berhenti. Tapi tidak dengan Putri yang semakin menjadi. Sosok perempuan yang sifatnya berkebalikan dengan gendernya itu kini sudah duduk di atas meja, menjambak Parde dan menjewer telinganya sampai bocah dengan jerawat besar di ujung hidungnya itu berjinjit dan berteriak kesakitan.

"Udah, Put, ada apa, sih?"

"Jangan cuman bilang, dong, Ran! Tarik nih mak lampir dari gue!"

"Apa lo bilang?!"

"Awwwwww!"

Anna hanya menampilkan tawa dan tidak berniat menginterupsi. Pangeran juga. Budilah yang akhirnya menghentikan gadis berdarah barbar itu karena kasihan pada jerawat Parde yang sepertinya akan segera pecah. Budi bilang, "Put, gue traktir di kantin, mau?"

Putri langsung melepas Parde tanpa pikir panjang sampai cowok itu jatuh tersandung kakinya sendiri karena ingin kabur. Seisi kelas menertawakan hal itu tanpa berniat membantu. Termasuk Pangeran yang berdiri tak jauh darinya---merasa bahwa Parde pasti melakukan sesuatu yang layak mendapat hal itu.

"Gue ikut, ya, Bud?" Anna bertanya. Lalu Reza yang sejak tadi memakai headset di sebelah Budi mendadak memiliki pendengaran yang bagus dan tentu saja langsung mengajukan diri ikut menghabiskan uang jajan si kawan.

"Heh, sadar diri. Kalian dikasih uang merah tiap hari, gak usah sok kere!"

Pangeran mengangkat sebelah tangan untuk menunjuk dirinya, "gue juga ditraktir, ya?"

Budi mendengkus, "apa gak ada yang dengar suara gue di sini?!" Tapi dia tetap mengambil dompetnya dari dalam tas, mengantungi, lantas berjalan bersama teman-temannya.

In Every HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang