Bab 48

308 46 14
                                        

Abileo Jacob Ricardo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abileo Jacob Ricardo

▪️▫️▪️

"Lucu bagaimana rasa rindu membuatnya jadi gila."

-----

Abil merasa hari-harinya kosong belakang ini. Kakinya sudah hampir kembali berfungsi seperti semula. Dia sudah sering latihan, dan bahkan beberapa kali berjalan ke warung serta menaiki beberapa anak tangga. Dia juga sudah bisa berlari, tidak boleh sangat kencang atau memaksakan, tapi sudah bisa dibilang agak lancar. Abil masih mudah kelelahan, syukurnya dokter bilang hanya butuh latihan beberapa hari lagi sampai Abil lancar beraktivitas seperti biasa.

Itu kabar baik, sangat malah. Abil bersyukur, jangan salah. Namun, tetap saja rasanya kosong.

Karena Anna sudah tidak ada lagi di sampingnya.

Gadis itu bahkan tidak mau berteman dengannya. Dia pergi dan sama sekali tidak kembali. Abil menunggu beberapa hari di rumah sakit setelah kepergiannya, tapi sepertinya Anna sudah muak dengan tingkahnya yang terus mendekat dengan lancang. Karena itu, setelah mendengar bahwa dirinya sudah diperbolehkan pulang, Abil memutuskan untuk pergi dari sana. Toh tak ada gunanya berlama-lama menanti.

"Le, ini ikan sama sayurnya nanti dipanasin dulu kalau mau makan malam, ya!"

Suara sang kakak dari dapur terdengar ketika Abil sedang tiduran di kasurnya, membaca buku ekonomi karena dia berniat akan kuliah tahun ini. Cowok itu bangkit berdiri dan membuka pintu kamar, "kakak emangnya mau ke mana?"

Anisa berjalan keluar dapur, memegang sebuah kardus berukuran sedang, "mau ngantar ini ke tempat Mbak Nina. Kayaknya bakal lama ngobrol di sana. Nanti kalau bapak udah pulang, suruh mandi. Jangan kayak semalam, kalau udah kecapekan malah langsung tidur."

Abil mengangguk paham, ikut berjalan ke depan pintu untuk mengantar kakaknya. Anisa yang sedang memakai sepatu berhenti sesaat, "bentar," ujarnya seraya merogoh saku, "kakak lupa kalau garam udah abis. Kamu beliin, ya? Dari depan aja."

Abil menerima uangnya dan menyimpannya di saku. Setelah Anisa pergi, Abil kembali masuk ke dalam kamarnya, berniat kembali belajar. Namun, sebuah notifikasi yang masuk ke ponselnya membuatnya teralihkan.

Dari Instagram Anna.

Sebuah foto telapak tangan kirinya. Tidak ada keterangan apa-apa selain sebuah emoticon bus.

Apa dia mau pergi?

Abil menghela napas panjang, matanya kembali terkunci pada tangan gadis itu. Dia menatapnya lama---cukup lama sampai kira-kira sensasi genggamannya ketika membantunya berjalan waktu itu mulai terbayang.

Abil menjatuhkan dirinya ke kasur, menyampingkan posisi tubuh dan menggerakkan tangan kanan mendekat ke layar ponsel. Seolah itu bisa membuatnya benar-benar merasa bahwa Anna di sini.

In Every HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang