Sekuel dari Cinderella's Sister
...
"Setelah semua yang terjadi, aku hanya kembali pada luka."
-----
Anna kembali pada usia 14, memutuskan membangun ulang kehidupannya yang hilang. Seharusnya itu mudah. Apalagi ditambah dengan bantuan teman dan kelu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pangeran Pramana
▪️▫️▪️
"Sebab dia tahu Anna begitu menyayangi ibunya."
-----
Pangeran mencoba menghubungi Anna. Tapi, suara operatorlah yang terdengar memberitahu bahwa ponsel Anna tidak aktif. Pangeran menatap ke luar jendela mobil, pada rintik hujan yang tidak berhenti sejak tadi. Dia masih mencoba menelpon gadis itu kala mobil yang dikendarai Raja berhenti di tepi jalan. Tanpa membuang waktu, Pangeran segera turun sembari memakai topi jaketnya. Dia berlari ke arah halte yang kosong, melihat ke sekitar dan hanya bisa menghela napas kasar karena tak mendapati presensi seorang pun.
Raja mengikutinya sembari membawa payung, "nanti lo sakit, tolol."
"Anna gak ada, Bang."
Raja mengangguk pelan menyadari hal itu. Dia juga melihat raut penuh rasa bersalah yang ditunjukkan adiknya. Meski ini bukan kemauannya, tetap saja dia membuat teman berharganya kecewa.
Pangeran yang merasa lemas segera mendudukkan diri di kursi halte. Dia mengacak rambutnya dan mengusap wajahnya dengan sedikit kasar.
"Mungkin udah pulang, Ran," Raja mencoba menenangkan Pangeran sembari menepuk pundaknya sebentar. Tapi, Pangeran hanya membalas dengan gelengan.
"Abang kan liat sendiri story-nya. Kalau Anna sampai kenapa-kenapa, g-gue gak bakal bisa---kita pisah, ya, Bang? Lo cari ke sana, gue ke sebelah sini," dan tanpa benar-benar mendengar persetujuan, Pangeran langsung berlari ke salah satu arah jalan, tak berhenti sedikit pun meski Raja memanggil namanya berkali-kali.
Raja hanya mengembuskan napas panjang dan memilih menuruti perkataan Pangeran. Dia kembali memasuki mobil dan mulai menjelajahi arah jalan yang berbeda.
Tapi malam itu, Anna tidak ditemukan di mana pun.
Sebab gadis itu sedang diperiksa di sebuah rumah merangkap tempat praktik dokter yang diketuk Abil secara brutal. Matanya terpejam dan pakaiannya basah, bersama Abil yang bersin beberapa kali di sampingnya.
Seorang wanita yang memakai daster memberikan sebuah handuk bersih pada Abil, "keringin badan dulu."
Abil hanya mengangguk dan mengikuti perkataan si dokter yang bangun malam-malam begini karena Abil. Dokter wanita itu juga mengelap tubuh Anna sebisa mungkin sembari mengukur suhu tubuhnya.
"Dia demam. Orang tuanya di mana?"
"A-ah," Abil mengeluarkan dua ponsel yang layarnya basah dari sakunya, "lowbat," katanya, "bisa saya pinjam charger?"
Si dokter mengangguk, pergi sebentar untuk mengambil charger dan menyerahkannya pada Abil. Pemuda itu segera mengisi daya ponsel milik Anna, berhubung Abil tidak punya nomor orang tua gadis itu.