Pangeran Pramana
▪️▫️▪️
"Ini bahkan belum cukup."
-----
"Hatchi!!"
Putri tersentak dan segera menoleh. Pertama pada Anna yang duduk di sampingnya, lalu pada Pangeran yang baru saja masuk kelas, juga pada Abil yang duduk dekat jendela, lalu kembali ke Anna. Sahabatnya itu sedang mengusap hidungnya yang memerah dan mengembuskan napas berat. Dia pilek dan wajahnya kelihatan pucat. Anna sudah memberitahu bahwa dia sakit, tapi dia tidak memperhatikan bahwa dua orang lainnya juga sakit.
"Kompak bener sampai bersin juga samaan," komentarnya. Tapi, dia segera menatap Anna dengan prihatin dan menepuk pundaknya beberapa kali. Anna bilang, semalam dia kehujanan saat nekat pergi ke warung. Yah, Putri awalnya percaya saja. Tapi, dia segera mengerutkan kening ketika Pangeran tidak segera duduk di kursinya, melainkan mendekati Anna dan berkata, "An, bisa bicara, gak?" dengan suara serak dan wajah yang tidak lebih baik dari Anna.
Oke, ada sesuatu di antara mereka berdua.
Putri memilih diam karena tidak tahu apa sesuatu itu, dia hanya mengamati raut wajah sahabatnya yang sedikit kelihatan ingin menolak. Namun, Anna pada akhirnya mengangguk kecil dan bangkit berdiri.
Sementara itu, Abil hanya bisa menatap Pangeran dengan tajam dan berharap ada laser keluar dari matanya untuk menghunus jantung Pangeran. Lebih baik dia mati saja.
Pangeran tidak tahu tentang tatapan Abil dan membawa Anna ke kursi di depan kelas. Banyak siswa yang berlalu-lalang di koridor, tapi mereka sama sekali tidak kelihatan tertarik.
Pangeran menarik napas dan mengeluarkannya sejenak sebelum mulai berbicara, "s-semalam, lo sampai di rumah dengan selamat, kan?"
Anna menarik napas kuat, seolah sedang menunjukkan pilek yang dideritanya, tapi tetap mengangguk dan berkata, "iya, kok, tenang aja."
"Udah berobat?"
Anna mengangguk sekali lagi.
"Semalam pulangnya gimana?"
Kalau yang ini, Anna tidak bisa menjawab. Ketika tadi pagi dia terbangun, dia sudah berada di dalam kamar dengan pakaian tidur yang kering. Ibunya memberinya obat dan bilang untuk jangan keluar kalau hanya menyusahkan orang lain. Anna tidak berani bertanya lebih lanjut karena kelihatannya, ibunya sedang kesal sekali dengannya. Ibunya bahkan bertanya, "sekolah, kan?" seolah sedang mendeklarasikan kalau sakit itu bukan penghalang bagi Anna untuk bersekolah. Dia buru-buru mandi dan bersiap, lantas pergi ke sekolah.
Melihat Anna tidak menjawab, Pangeran menunduk dalam dan menghela napas, "maaf," ucapnya.
Sekali lagi, Anna mengangguk. Dia memberi senyum tipis dan bilang, "gak papa," dengan begitu mudah setelah semua yang dialaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Every Heartache
Teen FictionSekuel dari Cinderella's Sister ... "Setelah semua yang terjadi, aku hanya kembali pada luka." ----- Anna kembali pada usia 14, memutuskan membangun ulang kehidupannya yang hilang. Seharusnya itu mudah. Apalagi ditambah dengan bantuan teman dan kelu...