Bab 21

336 51 15
                                    

Pangeran Pramana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pangeran Pramana

▪️▫️▪️

"kalau sekali lagi lo cari masalah ke Anna, gue gak bakal segan-segan. Ngerti lo?"

-----


Makan siang berakhir dengan baik---bagi Anna yang tidak tahu apa-apa dan teman kompaknya yang tersenyum puas setelah memberi pelajaran tak langsung pada penjilat busuk bernama Emilia itu. Mereka kembali ke dalam kelas dengan tenang, termasuk Emilia yang masih mempertahankan kepura-puraannya di depan Anna.

Mereka berpisah dengan Emilia saat gadis itu masuk ke dalam kelasnya. Putri dan Reza bertos kencang di belakang, tapi Anna mengabaikannya karena tak tahu apa maksud dari tos itu. Abil berhenti berjalan sehingga Budi yang ada di sampingnya mengikutinya juga, sedangkan yang lain tidak tahu dan tetap melanjutkan langkah ke dalam kelas mereka.

"Lo kenapa?" tanya Budi basa-basi. Sebenarnya dia bisa menebak apa isi kepala Abil saat temannya itu menunjukkan raut sedikit ragu tapi ingin melakukan sesuatu---sebab Budi juga merasakan hal yang sama.

"Lo... gak mau kasih pelajaran lebih gitu?" tanya Abil hati-hati sembari menoleh pada Budi.

Budi mengangguk tanpa ragu.

Mereka kembali berjalan ke arah kelas Emilia, berdiri di depan pintu dan melihat gadis itu sedang tertawa di hadapan teman-temannya yang lain dengan angkuh dan rasa kemenangan yang begitu tinggi. Dia duduk di atas meja, membelakangi arah pintu.

"Udah gue bilang dia orangnya bego," kata Emilia.

Abil sudah mengangkat kaki untuk melangkah dan menghampiri Emilia agar bisa memberi pelajaran, tapi Budi menahan tubuhnya. Abil menoleh protes, hanya saja sebelum dia sempat membuka mulut, Budi bilang, "bukti buat Anna," dia menurunkan tangannya dan mengeluarkan ponsel, "kalau anak setan itu sok-sok tersakiti lagi."

Abil mengangguk dan menuruti Budi yang menyuruh menyingkir dari pintu agar tidak dilihat. Budi memanggil salah seorang siswa satu kelas Emilia yang hendak pergi ke luar, "Oi, minta tolong rekamin si Emilia lagi bicara," katanya.

Siswa laki-laki itu mengangkat alis sebelum membalikkan badan dan melihat teman-temannya bergosip, "nanti gue kena semprot sama dia."

"Ya makanya jangan ketahuan," kata Budi, mengeluarkan dompet dari saku celananya dan mengeluarkan uang merah dua lembar, "gimana?"

Saat cowok itu masih menatapnya dengan ragu, Budi mengeluarkan dua lembar lagi dan membuatnya langsung tersenyum mengambil uang itu. Dia membawa ponsel Budi dan kembali masuk ke dalam kelas. Sementara itu, Budi dan Abil tetap diam di samping pintu agar tidak kelihatan dan mendengar semua perkataan menjijikkan yang keluar dari mulut kotor Emilia.

"Semalam, gue dibeliin tas sama sepatu. Lo liat, kan, postingan insta gue? Dia mudah banget dibego-begoin. Tinggal nangis dikit dan bilang lagi ada masalah keluarga, sek, sek, kartunya langsung dipake buat bayarin apapun yang lo mau."

In Every HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang