Bab 11

326 44 0
                                    

Abileo Jacob Ricardo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abileo Jacob Ricardo

▪️▫️▪️

"Bapak gak perlu anak yang juara satu. Asal kamu jadi orang baik dan bisa melakukan yang kamu suka, sudah lebih dari cukup."

-----

Ketika bulan pertama semester ganjil di kelas sembilan selesai, kelas tambahan untuk angkatan mereka dimulai. Les gratis dari sekolah agar para siswanya mendapat nilai memuaskan untuk Ujian Nasional nanti. Seperti biasa, Abil dan para cowok yang lain berkumpul di depan kelas, bercanda dan tertawa layaknya orang bodoh. Masih ada satu jam sebelum kelas tambahan dimulai, dan mereka memanfaatkannya dengan baik. Reza sedang memainkan gitar dan bernyanyi---kalau memetik senar gitar dengan asal-asalan dan mengeluarkan suara yang terlalu dipaksakan sehingga terdengar jauh lebih buruk daripada lengkingan kuntilanak itu bisa disebut bermain gitar dan menyanyi.

Pangeran menutup telinga kanannya dan terlihat ingin cepat-cepat kabur dari sini---walau begitu, dia tetap tertawa. Budi menutup kedua telinganya, memberikan umpatan-umpatan berkelas yang sesuai dengan Reza. Abil berdiri bersandar ke tembok yang menjadi pagar untuk menjaga keamanan agar tidak ada yang jatuh dari lantai tiga. Dia tertawa sampai perutnya sakit menyaksikan pemandangan menyakitkan ini.

Reza yang masih percaya diri dengan kemampuannya, tetap melanjutkan sampai lagu berakhir. Abil memberikan tepuk tangan meriah, diikuti dengan Pangeran yang memberi pujian, dan Budi yang bertanya, "apa hanya gue yang masih waras di sini?"

"Bagus, kok," kata Abil, berniat meledek.

Tiba-tiba jendela yang berada tepat di atas kepala Reza terbuka. Abil menatapnya. Raut wajah Anna terlihat kesal, dan tangannya sudah mendarat mulus di kepala Reza. "Bagus?" Tanya Anna tidak percaya karena baru saja mendengar hal paling ngawur yang pernah ada, "bagus dari Hong Kong!"

Reza mengaduh, "eh, Kutu Anjing, masih lumayan gue, bagusnya dari Hong Kong, lah eluuu?"

"Gini, ya, Rescha, kalau elu nyanyi begitu waktu ujian praktek seni, lo bukan dapat nol besar lagi, tapi dikeluarin dari sekolah karena suara lo emang bukan berasal dari bumi!"

Reza mendengkus, "iya, dong. Suara gue itu emang dari khayangan, bukan dari bumi."

"Ih, nyebelin, banget!"

Pangeran tertawa, "gak usah diseriusin, An," katanya lembut---bukan, kalau Abil bilang, Pangeran ngomongnya sok lembut. Bikin hati kesal saja.

Anna memasang wajah cemberut, tapi dia sudah berhenti. Abil mendengkus. Memangnya Pangeran pikir dia siapa seenaknya memerintah orang lain? Menyebalkan sekali.

"Tapi, kan, suara Reza emang bikin telinga gue menjerit minta dilarikan ke rumah sakit," kata Abil, tidak menyesal sedikit pun pada Reza karena tiba-tiba menjadi sasak tinju untuk mulutnya.

In Every HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang