Bab 31

280 38 20
                                    

Korban penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Korban penulis

▪️▫️▪️

"Kalau gue durhaka, gue pasti dikutuk juga, kan?"

-----

Apa-apaan itu? Untuk sejenak, Abil merasa Pangeran sedang mempermainkannya. Padahal, dia hanya tersenyum dan mengajak Anna ke kantin karena lapar; itu hal yang sudah biasa. Abil memang membenci hal itu, tapi kali ini kebenciannya menjadi jauh lebih banyak.

"Ayok. Traktir bakso, ya?"

Anna bangkit berdiri, tersenyum dengan semangat sekali. Reza ikut-ikutan, dia berjalan merangkul Pangeran dan bilang, "lagi banyak duit, Ran? Gue juga butuh asupan gizi nih."

"Heh, lo mah punya duit sendiri," jawab Pangeran bercanda dan melepas tangan Reza, tak lupa mengibaskan pundaknya yang tadi disentuh Reza.

"Si Anna juga anak holkay."

"Anna kan beda."

Cyih!

"Yok, An," Pangeran berjalan keluar, disusul Anna yang tadinya di belakangnya tapi Pangeran tarik ke sampingnya.

Cyih! Cyih! Cyih!

"Raaaan, tungguin adinda!" Reza tak mau menyerah dan mengejar mereka.
Budi masih kehilangan nyawa di atas lantai, Putri tetap memakan keripiknya, dan Abil terdiam dengan harapan membunuh Pangeran.

Masalahnya tidak sampai di sana. Pangeran selalu menempel pada Anna seperti benalu. Parasit. Abil mencoba menahan emosinya dan memilih belajar di dalam kelas seusai bel pulang, ingin mengejar ketertinggalannya yang baru saja memutuskan untuk masuk IPS.

Teman-temannya sudah pulang semua dan hanya menyisakan dirinya sendiri. Kesendiriannya tidak berlangsung lama, sebab Anna yang memakai tasnya kembali masuk ke dalam kelas.

"Belum pulang, Bil?"

Abil mendongak, membalas Anna dengan kerutan di kening dan gelengan kepala, "lo? Kenapa balik?"

Anna mengeluarkan buku dari dalam lacinya, "ketinggalan---lah? Ngapain belajar geo? Kita kan belum ada kelas geo."

"Buat tes bulan depan. Gue masuk IPS, An."

"Kenapa?"

"Kenapa apanya? Gak bisa?"

"Bukan gitu. Lo bukannya mau jadi dokter? Biasa juga ngebacain buku biologi sampe mampus." Anna memasukkan bukunya yang tertinggal ke dalam tas, lalu duduk di sebelah Abil seolah lupa kalau tadi dia berniat untuk segera pulang.

"Gak niat lagi jadi dokter. Gak sanggup kayaknya. Masuk IPS ajalah."

"Lo kira IPS gampang?" Anna memanyunkan bibirnya, merasa sedikit tersinggung.

In Every HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang