Bab 38

239 46 31
                                        

Anna Tasya Hendranata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna Tasya Hendranata

▪️▫️▪️

"Gadis itu ingin bertemu. Dan alasan tersebut sudah cukup baginya untuk langsung pergi."

-----

"Nenek saya lagi ke luar negeri---eh, kita juga lagi di luar negeri. Maksud saya, lagi di luar Singapura juga. Jadi, saya sendirian di apart." Hari ini Anna datang lagi. Dia sedang mendorong kursi roda Abil setelah sepakat datang ke kamarnya.

"Sendirian? Makan dan minumnya bagaimana?"

"Pesan online. Saya gak bisa masak soalnya. Lagipula lebih hemat waktu, kan? Lebih enak lagi."

Abil mengangguk paham. Dia mengarahkan tangannya ke salah satu pintu yang tertutup di sebelah kanan, "yang ini."

Anna berhenti mendorong. Dia menoleh sedikit dan mencoba mengintip dari bagian kaca yang ada di pintu. "Kamar pribadi, ya?" gumamnya berbasa-basi. Baguslah, lebih bebas. Dia membuka pintu dan kembali masuk. Namun, tak menyangka melihat seorang pria tua yang duduk di sofa dan sedang memakan buah jeruk.

"Bapak saya," kata Abil.

Ah, Anna ingat. Itu pria yang sama dengan yang mendatangi Mas Lele waktu itu. Dia langsung menundukkan kepala sebentar sebagai bentuk hormat, "h-halo, Om," sapanya sambil berjalan mendekat, "saya temannya Leo."

Si Bapak menatap bingung padanya, lalu pada Abil yang menjawab dengan anggukan singkat. Setelahnya, melihat pada Anna lagi dan bangkit berdiri, "saya bapaknya Leo."

Mereka bersalaman sejenak, sedikit canggung karena tidak mengekspektasikan kehadiran masing-masing. Melihat itu, Abil sedikit memberikan kode pada bapaknya kira-kira begini: Pak, jangan bicarain yang aneh-aneh, bersikap biasa aja. Tapi, berhubung si bapak tidak mengerti kode-kodean. Jadi, menurutnya inilah yang dimaksud Abil: Pak, pergi keluar, tinggalin kami. Keberadaan Bapak mengganggu.

Oke. Bapak paham, Le.

"Ya sudah, kalian berdua di sini dulu, ya? Bapak---eh, Om? Eh, manggil apa tadi? Om, iya Om. Om mau ke luar dulu. Belum ngopi sejak pagi---eh, ini masih pagi. Pokoknya, nanti kalau ada apa-apa panggil aja. Bapak---Om bakal di kantin. Hati-hati di kamar karena sendirian begini, ada setannya---bukan, jangan macam-macam berdua di kamar---bukan juga, maksudnya, ya, gitu, ngerti deh pokoknya."

Abil menepuk jidatnya diam-diam.

Anna tertawa kecil. Harusnya, dia yang merasa canggung dan gugup, bukan si bapak. Namun, itu lucu, jadi tidak masalah. "Iya, Om. Hati-hati di jalan menuju kantin."

"Doain gak diganggu setan."

"Siap, Om."

Setelah si bapak pergi, Anna melangkah ke hadapan Abil dan berkata, "bapak kamu lucu."

In Every HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang