Bab 8

413 60 10
                                    

Joshua Abiyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joshua Abiyan

▪️▫️▪️

"Anna terlalu terlarut."

-----

"Anna baru beli baju, ya, Ma, Pa," Anna menyendokkan nasi ke dalam mulutnya. Dia menatap keluarganya yang sedang duduk di meja makan untuk makan malam. Cindy dan Papa fokus memotong daging, jadi hanya Mamanya yang mengangguk.

"Oke."

"Dua baju loh, Ma."

"Iya, Sayang."

"Padahal seminggu lalu Anna juga baru beli baju."

"Yang ada polkadot pink itu?"

"Iya, Ma."

"Terus?"

"Bulan lalu aku juga beli jaket."

"Maksud kamu apaan, An? Mama gak ngerti."

"Mama gak mau marahin Anna gitu?" Setelah Anna bertanya, mamanya menatapnya bingung dengan kerutan di dahi, sementara Papa dan Cindy tidak memotong daging lagi.

"Maksudnya, Sayang?"

"Ya, kan, Anna ngabisin duit. Gak kena marah? Padahal, kan, Anna udah boros banget."

Anna masih lanjut makan. Dia sama sekali tidak menyadari atmosfer yang tiba-tiba berubah di meja makan. Bram dan Cindy tahu kalau dulu Aria sering memarahi Anna karena sering belanja. Cindy juga tahu kalau kakaknya akan tetap kena marah meski uang yang dipakainya adalah hasil tabungan sendiri. Dan Mama Aria adalah satu-satunya orang yang tidak bisa mengontrol gemetar di tangannya hingga sendoknya jatuh.

Anna mendongak. "Kenapa, Ma?"

Mamanya tersentak, baru menyadari kesalahan yang ia buat. Untungnya, Cindy sigap dalam keadaan itu. "Mama bingung kali, tumben Kakak nanyanya ngawur begitu."

Bola mata Anna naik ke atas, dia sedang berpikir ulang tentang kata-katanya. Kemudian cengengesan, "iya juga, ya?" karena menyadari pertanyaan yang ia lontarkan termasuk aneh dalam keadaan mereka yang sekarang.

"Lagian, An, Papa gak bakal jatuh miskin kalaupun kamu beli seisi mal," Papa Bram kini ikut ambil bagian untuk membuat keadaan normal lagi. Dia juga memegang paha Aria lembut, berniat menenangkan istrinya itu.

Setelahnya mereka kembali berbincang seperti biasa. Sehabis itu, Anna dan Cindy mencuci piring, sedangkan Bram memeluk Aria di dalam kamar untuk membantunya berhenti menangis.

Anna menyentuhkan jarinya yang berbusa ke pipi Cindy sambil tersenyum jahil. Mereka tertawa sambil bercanda untuk membunuh waktu menyelesaikan pekerjaan itu.

Anna merasa bahagia. Baginya, ini adalah keluarganya yang sempurna.

▪️▫️▪️

In Every HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang