Sekuel dari Cinderella's Sister
...
"Setelah semua yang terjadi, aku hanya kembali pada luka."
-----
Anna kembali pada usia 14, memutuskan membangun ulang kehidupannya yang hilang. Seharusnya itu mudah. Apalagi ditambah dengan bantuan teman dan kelu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pembunuh manusia dengan senjata keimutannya
▪️▫️▪️
"Padahal, Anna hanya butuh kata 'semangat' saja---dia pasti sudah sangat bahagia dengan itu."
-----
Hari ketiga MOS diselingi dengan kegiatan bersih-bersih. Bisa dibilang, anak-anak baru dijadikan babu (yah, mereka memang selalu jadi babu sejak hari pertama, sih. Tapi, yang ini lebih bebas karena kakak kelas tidak terlalu ketat mengawasi, jadi banyak yang hanya duduk santai).
Hanya saja, Abil benar-benar merasa bingung di sini.
Siapa, sih, laki-laki berkulit pucat bak vampir di film Twilight yang tiba-tiba nimbrung dengan mereka?
Abil mencoba mengabaikan kehadiran orang tak dikenal itu. Masalahnya, sepertinya dia yang cari gara-gara dengan Abil. Lihat, dia saja tidak bisa menyapu dengan benar. Pangeran semua yang melakukan---wilayah Abil membersihkan sedikit di belakang mereka.
Bukan hanya itu, pemuda yang sebelas dua belas dengan Edward Cullen itu membuatnya emosi dan ingin melayangkan tonjokan. Pasalnya, dia menunjuk ke kumpulan para gadis yang duduk di depan salah satu kelas yang sedang bicara dan tertawa bersama, lantas dia bertanya, "namanya siapa?"
Abil menghentikan kegiatan menyapunya dan menoleh pada jari telunjuk si orang asing dan memperhatikan arahnya pada gadis-gadis itu.
"Yang mana, Gib?" Tanya Pangeran, juga menghentikan kegiatannya.
"Yang paling cantik."
Oke, apa pula maksudnya itu? Maksudnya Anna?
"Anna?"
"Bukan," jawabnya, "yang di sebelah kanannya."
Abil menatap Putri yang sedang tertawa terpingkal-pingkal, memukul punggung Anna berkali-kali, dengan tubuh yang hampir jatuh ke kanan. Putri memang sering tampil barbar---tunggu, apa kata Pangeran tadi?
"Lo kenal Anna?"
Si Gib-Gib berhenti menunjuk. Dia menoleh pada Pangeran dan saling beradu pandang dalam maksud yang sulit dimengerti. Namun, dia berhasil lolos menjawab pertanyaan dengan memberi pertanyaan lain, "yang paling cantik buat lo itu Anna?"
Benar, kan!!!
Abil---yang tampaknya tidak punya pengaruh dalam pertarungan mata dan entah apa itu---hanya bisa menatap dari kejauhan dengan hati yang memanas. Dia kembali melihat para gadis di sana. Banyak yang cantik, Putri pun tak kalah cantik. Bagi Abil, memang Anna yang paling cantik. Tapi, kenapa Pangeran harus menyebut nama gadis itu? Lalu, darimana si Gib-Gib ini kenal Anna?
Pangeran berdeham sebentar dan memalingkan mata terlebih dahulu. Dia menjawab, "itu Putri," dan langsung kembali menyapu.
Si Gib-Gib mengangkat alisnya sedikit, lalu mengabaikan yang tadi (toh bukan urusannya), dan kembali manatap ke kumpulan para gadis (lebih tepatnya, Putri).