Sekuel dari Cinderella's Sister
...
"Setelah semua yang terjadi, aku hanya kembali pada luka."
-----
Anna kembali pada usia 14, memutuskan membangun ulang kehidupannya yang hilang. Seharusnya itu mudah. Apalagi ditambah dengan bantuan teman dan kelu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anna Tasya Hendranata
▪️▫️▪️
"Seharusnya pula, dia lebih sering memeluknya dan mengatakan kalau masih ada orang yang peduli dengannya."
-----
"Josh, jelong-jelong, yok?"
"Euhm," Joshua mengucek matanya, terbangun karena tendangan tanpa henti dari satu-satunya kakaknya. Joshua mendudukkan diri, tapi tendangan itu tak kunjung pergi, "apaan, sih?"
"Bosen, nih, di rumah mulu," kata Anna tanpa memiliki niat sedikit pun untuk menurunkan kakinya, "jelong-jelong ke mana gitu. Yuk!"
"Jelong-jelong bahasa apaan coba? Bahasa penghuni planet mana itu?" Kini mata Joshua sudah terbuka seutuhnya. Dia melirik ke arah jam dan sontak membelalakkan matanya, "lo bangunin gue jam 3 pagi ngapain, sih, Kunti?!"
"Sshh!" Anna membungkam mulut Joshua (meski sudah terlambat), "jangan keras-keras nanti para bonyok jadi kebangun, bego!"
Joshua menurunkan tangan Anna dengan kesal (tapi lembut?), "Elo yang bego, Kakak gue yang tersayang! Gue baru tidur sejam loh, sejam!"
"Siapa suruh lemah sampai ketiduran di tengah-tengah film?" Decih Anna sembari bersedekap. Tadi---bisa dikatakan semalam, Anna mengajaknya marathon film-film Marvel. Tapi sekitar jam dua, Joshua sudah ketiduran, meninggalkan Anna sendirian menonton sampai habis. Dan ketika semua filmnya selesai, dia tidak tahu harus menonton apa untuk menghabiskan waktu. Sampai dia juga jatuh terlelap di sebelah Joshua, hanya saja langsung tersentak bangun setengah jam kemudian. Lalu dia tidak bisa tidur lagi karena tidak tenang. Ada sesuatu yang salah. Dia tak bisa mengingat apa mimpi singkatnya tadi, tapi tahu-tahu saja dia terbangun dengan mata dan pipi basah. Berulang kali dia coba untuk tidur, semuanya gagal karena perasaan tak nyaman.
Joshua mendengkus, "sabar, gue sabar, orang sabar disayang Tuhan, gue anak kesayangan Tuhan," rapalnya sambil mengusap dada.
"Saudara setan ngapain nyebut-nyebut Tuhan?"
Joshua menatapnya tajam. Tapi tetap berkata, "anak Tuhan yang baik tidak akan tergoda oleh bangsa setan."
"Bodo amat, anying. Jelong-jelong, yok?"
Joshua menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, "elo ngajak gue keluar jam 3 pagi. Situ waras?"
"Ayolah, bosan gue di sini."
Joshua mendengkus kasar lagi. Namun kali ini dia bangkit berdiri, "pake jaket sono."
Anna langsung tersenyum, "yay!" Serunya, kemudian berlari untuk mengambil hoodie merah jambu. Sedangkan Joshua berjalan keluar kamar Anna lebih dahulu, berniat mengambil jaketnya yang berada di dalam tas dan belum dibongkar sejak sampai tadi. Ketika dia sudah selesai memakai jaket, Anna sudah berada di sebelahnya. Tersenyum lebar seperti anak kecil yang dikasih uang jajan seribu.