sejarah keluarga Moza

4.6K 347 4
                                    

Kembalinya Mi'an ke pondok siang itu disambut dengan berita menghilangnya Iis dan luka parah yang dialami Alit. Mi'an melihat Moza menunduk sambil menangis. Semua yang ada di tempat itu tahu jika gadis itu merasa bersalah atas musibah yang menimpa Iis dan Alit.

"Sudah, Za. Sekarang yang penting bagaimana kita menemukan Iis," ucap Timur berusaha menenangkan Moza.

"Apa tidak ada informasi sama sekali, Mur?" tanya Mi'an.

Timur lalu menceritakan hilangnya seorang paranormal di pinggiran kota Malang. Orang itu biasa dipanggil sebagai Suhu Feng. Menurut dua jin yang menjadi penjaga rumah Feng. Penyerang yang membunuh Feng adalah Mbah Sirna. Mereka juga menyebutkan adanya seorang gadis yang menjadi tawanan dan berhasil dibawa pergi oleh Mbah Sirna.

"Cepat atau lambat, Sirna dan kawan-kawannya akan datang ke tempat ini. Mau tidak mau kita harus mempersiapkan diri," kata Darwis.

"Kamu bawa apa itu, An?" tanya Mak Ina.

"Tidak tahu, Mak. Ini senjata jin dari Alas Ngawi yang menyebut dirinya Wanara Wulung."

"Alas Ngawi? Ada apa mereka muncul di sini?"

"Katanya dia sepupu dari Wanara Gimbal, Mbah."

"Semakin rumit saja urusan ini. Monyet-monyet dari Ngawi itu bukan cuma monyet pesugihan. Mereka juga bisa dikontrak untuk hal-hal lain yang lebih kejam," ucap Mbah Lawu.

Mbah Lawu mengambil gada yang diletakkan Mi'an di meja. Wajahnya sedikit berubah saat ia memegang benda yang memancarkan kilau keemasan itu.

"Pusaka itu memang mencari tuannya, kan, Mbah?" tanya Darwis sambil tersenyum.

"Benar, ia menolak berada di genggamanku."

"Maksudnya apa, Kek?" tanya Timur.

"Kau lihat beda aura gada itu saat dipegang Mi'an dan Mbah Lawu, Mur. Jika Mbah Lawu yang memegangnya, kilaunya seperti emas terkena cahaya. Tapi saat Mi'an yang memegangnya, gada itu tak berkilau dan tampak kusam seperti tembaga."

"Itu artinya kekuatan yang ada di gada itu telah menyatu dengan Mi'an. Sekarang coba kau ambil gada satunya, Mur."

Timur lalu mengambil gada itu. Saat ia menyentuh gagang gada, sebuah energi kuat membuat tangannya kesemutan. Mau tak mau ia harus mengerahkan kekuatannya untuk melawan desakan energi itu.

"Lepaskan, Mur. Jangan sia-siakan tenagamu."

Timur melepaskan gada itu. Keringat di wajahnya menunjukkan jika energi gada mampu membuatnya kesulitan.

"Pantas saja ada banyak gelang Sosrobahu di kedua lengan Wanara Wulung. Rupanya itu untuk menahan kekuatan gada itu." Mi'an bergumam sendiri.

"Kau beruntung, An. Gada itu memilihmu sebagai tuannya," ucap Timur.

"Tapi yang kupelajari ilmu pedang, Mur. Tetap saja gada itu tak berguna."

"Itu soal mudah, An. Kau tempa saja dia menjadi pedang."

"Memangnya bisa, Kek?"

"Lah bagaimana caranya dulu dia bisa menjadi gada? Ya pasti bisalah. Nanti akan kuajari caranya menempa wesi aji," jawab Darwis.

Saat Moza pamit ke belakang, Mak Ina kemudian ikut menyusul. Didekatinya gadis yang sedang duduk sambil menangis itu.

"Mengapa kau tak bercerita, Za?"

"Cerita apa, Mak?"

"Kalau kau juga seorang pewaris ular."

Moza menatap Mak Ina. Wajahnya tampak cemas bercampur takut.

PAREWANGAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang