3. Bersatunya Dua Anak Manusia

1K 51 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

Nabi Muhammad saw bersabda:
مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.

"Wahai pemuda barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng)"































Kafka terkejut saat membuka pintu, di lihatnya beberapa kali-laki berdiri di teras villanya itu. Mereka menggeleng gelengkan kepalanya saat melihat penampilan Kafka yang hanya menggunakan celana pendek saja "Ada apa ya pak?"

"Begini mas, kami boleh masuk?" Kafka mengernyit

"Tapi, untuk apa?"

Salah seorang bapak mendegus "Kami dapat laporan. Villa ini mas jadikan tempat berkhalwat sama perempuan kampung ini" Kafka bingung

"Maksud bapak gimana? Berka..." Kafka lupa, ia tak pernah mendengar kalimat itu sebelumnya "Saya nggak ngerti pak" ujarnya

"Maksud saya, kami dapat laporan kalo mas ini berzina sama salah satu gadis di sini" Kafka tersentak. Zina? Bagaimana bisa

Kafka menggeleng "Saya nggak ngelakuin apa-apa. Saya cuma..."

"Begini mas, dari penampilan mas, itu menunjukkan kalo masnya ini habis melakukan sesuatu. Bahkan masnya lupa kalo masnya nggak pake baju" kali ini yang angkat bicara adalah Aji. Bisa bisanya ia bisa menuduh Kafka padahal ia lah penyebab kejadian ini

"Zahra?!" Tungkas Radiman selaku ketua Rt. Semua lantas menoleh ke arah Zahra yang tengah berdiri di belakang Kafka. Kondisi Zahra amat memprihatinkan, penampilanya kacau

Zahra menggeleng lemah "Jangan"  tangisnya "Jangan lakuin itu! Lepasin bang, lepasin Zahra!" Zahra kini lepas kendali. Rasa trauma telah menjalar di kepalanya. Ia langsung jatuh tak sadarkan diri

-
-
-

"Kalian harus di nikahkan!" Sayup sayup Zahra mendengar kalimat perintah itu. Matanya mengerjap kala cahaya matahari mengusiknya

"Pak, saya kan udah bilang, saya nggak ngapa-ngapain. Ini cuma salah faham, saya bisa jelaskan. Lagipula, saya masih muda, belum bisa jalanin pernikahan. Saya emang nggak tau apa-apa soal pernikahan. Tapi yang saya tau, nikah itu bukan mainan, dan tanggung jawab setelah menikah itu besar" Belum sempat menjelaskan, omongan Kafka dipotong kembali

"Saya harap, Mas Kafka faham sama aturan di sini" Kafka menghela nafas

Sementara, di brankar puskesmas, Zahra yang mendengarnya ingin berontak. Tapi ia tak mampu, tubuhnya terlalu lemah untuk itu. Ia hanya bisamengeluarkan kalimat pelan "Pak..." Panggilnya pada Radiman. Radiman menoleh "Kafka nggak salah, ini salah saya. Saya yang

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang