بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
-•o•-
Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan pula kamu bersedih, padahal kau lah orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman
QS at-Taubah 40-
"Raaa! Gue kan udah bilang, baju gue harus disetrika semua. Kok yang ini nggak kamu setrika sih!"
"Maaf Din, aku nggak tau kalo kamu mau pake baju itu. Ku fikir kamu pake baju yang dibeliin sama ayah" Zahra tertunduk
Dini melirik sekilas ke arah Zahra "alo itu niat nggak sih! Apa perlu, gue kasih pelajaran dulu supaya kamu nggak ceroboh!" Zahra langsung terbelalak
Zahra langsung mendongak, terpancar rasa takut dimatanya. Ia tak mau hal tersebut terulang lagi " Enggak Din, aku bisa setrika in ulang kok. Lagipula kan acaranya besok, jadi aku masih sempat beres-be..."Dini langsung mencekal lengan Zahra
"Tadi lo bilang apa? Masih sempat beres-beres?" Zahra mengangguk-anggukkan kepalanya
"Untuk apa keburu-buru sih, Ra. Kan elo nggak ikut, jadi bisa santai kan?" Zahra tercekat
"Tapi Din, kemarin kan pak Kasman undang satu rumah. Lagipula, aku nggak mau sendirian dirumah. Aku takut Din" pinta Zahra pada Dini. Namun tak sedikitpun terselip rasa iba di hati dini
"Siapa bilang lo sendiri? Ada Bang Aji kok, yang nemenin" Zahra menggeleng
"Enggak Din, aku bisa kok ber..."
"Elo tu bisa nggak sih, dibilangin sekali nurut!" Zahra terdiam dan kembali tertunduk. Ia tak tau harus berbuat apa. Memikirikan bahwa ia akan tinggal dirumah hanya berdua bersama Aji membuatnya bergidik ngeri. Apa lagi para tetangga sudah pasti juga akan pergi ke acara tahunan di rumah Pak Kasman
"Udahlah Zahra. Kamu harus bantu-bantu, kita kan nggak punya pembantu. Jadi ya tugas kamu beres beres sama tugas rumah semua kamu yang urus. Ini kan rumah kamu, jadi kamu harus bertanggung jawab atas rumah kamu dong" ujar Pratiwi, ibu Zahra
"Yaudah! Tunggu apa lagi? Buruan sana!"
Zahra berbalik badan lalu bergegas ke kamarnya sembari membawa keranjang berisi tumpukan baju yang belum di setrika
"Ra! Buatin abang kopi dong" Itu suara Aji. Aji duduk santai di atas kursi kays di ruang tengah. Kakinya ia naikkan ke atas meja tanpa rasa takut ataupun malu akan sopan santun yang tak ada
"Sebentar ya bang, Zahra mau setrika baju Dini dulu" Aji langsung menatap Zahra "Ayolah Ra, Abang ngantuk ini. Masa kamu nggak mau buatin" Zahra menghela nafasnya, mau tak mau ia harus membuat kopi untuk Aji. Padahal ia sangat malas untuk hal tersebut
Zahra meletakkan kopi yang telah ia buat di meja ruang tengah "Bang, ini kopinya" Aji yang tengah menatap layar televisi mendongak. Ia tersenyum pada Zahra
Zahra kini masuk ke dalam kamarnya lalu ia mulai menyetrika pakaian yang lumayan banyak
Zahra Aryani, ia merupakan wanita yang tengah berjuang. Ia bertahan di tengah kehidupannya yang keras. Bahkan ia menjadi jongos di rumahnya sendiri
Kamarnya bahkan sudah seperti gudang. Banyak barang-barang tak terpakai yang di letakkan di kamarnya. Rumah yang ia tempati memang tak telalu besar sehingga tak muat untuk menaruh barang-barang di ruangan lain "Ra! Udah apa belum?" Dini berdiri di ambang pintu dengan ponsel di tanggannya

KAMU SEDANG MEMBACA
THE MUBRAM
Novela JuvenilHidup bukan hanya tentang bagaimana cara kita mencari suatu kebahagiaan. Hidup merupakan bagaimana kita singgah dan menerima titipan dari Allah dengan baik di dunia yang fana ini Apa yang di rasa baik, belum tentu baik untuk kita dan apa yang dirasa...