19. Seorang Kakak Dengan Adiknya

658 36 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-


Zahra menyodorkan paper bag coklat pada Zafran

Tercetak jelas kerutan di dahi laki-laki itu"Loh, kenapa? Kenapa kamu pake gamis yang lain? Dan kenapa nggak berangkat sama aku aja sih?" Kali ini Zafran seperti mengitrogasi Zahra

Entah mengapa malam ini Zafran menyebut aku kamu, Zahra jadi merasa aneh dengan panggilan baru dari Zafran itu

"Nggak enak kalo aku terima pemberian kamu, aku di ajarin buat nggak nerima barang dari sembarang orang"

Hey, jelas-jelas sore tadi Zahra menerima gamis pemberian Zafran dengan senang hati

"Jadi aku sembarang orang?"

Zahra tak bergeming mendapati pertanyaan seperti itu dari Zafran. Ia juga tak tau harus menjawabnya dengan apa

"Ra, kita udah deket sejak lama. Wajar kan aku ngasih kamu sesuatu? Terus kenapa tiba-tiba kamu berangkat duluan? Hampir setengah jam aku tungguin kamu di lobby dan kamu baru ngasih tau, pake nomer siapa tadi? Ganti nomer ya?" Tadi memang Zahra menggunakan nomer telefon milik Kafka, dan ia meminta kontak Zafran pada Irene. Tentunya irene jadi bertanya-tanya

"Eh, nomernya jangan di simpen langsung hapus aja"

Zafran menautkan kedua alisnya "Kenapa?"

"Emm... Itu nomer keluargaku. Nggak penting juga kamu simpan"

Zafran mangut mangut saja

Zahra melihat sekelilingnya dan ternyata semua asik berpesta sedangkan dirinya di sini hanya berdua dengan Zafran. Tentunya Zahra jadi merasa risih

"Aku ke sana dulu. Nggak baik berduaan di sini, kita bukan mahram"

"Ya udah kalo gitu, kapan aku bisa mahramin kamu?" Hey, apa Zahra tidak salah dengar? Apa Zafran bercanda? Bisa bisanya dia berkata demikian padahal Zahra sudah bersuami, eh, tapi Zafran tidak tau tentang itu

Zahra tak menggubris perkataan Zafran ia langsung berbalik. Entah mengapa belakangan ini ia merasa kurang nyaman berada di dekat laki-laki itu. Fikirannya jadi melayang-layang entah kemana disertai rasa kalut yang entahlah, Zahra juga tidak tau

"Sabar sob" tepukan di bahu membuat Zafran menoleh, ia mendapati sosok Leo yang berdiri dengan tatapan yang sulit untuk di mengerti. Tapi tercetak seringaian kecil di sudut bibir laki-laki berwajah tampan itu

"Lo suka sama si Zahra?" Zafran tak mengindahkan pertanyaan Leo. Jujur saja, ia malas berada pada posisi seperti ini

"Udah lah, nyerah aja. Lo nggak bakal bisa dapetin Zahra, dia itu orangnya setia. Bukannya lo kesini mau ngeliput ya? Kok malah jadi nyatain cinta yang jelas jelas bakal di tolak?"

Percayalah bahwa sekarang emosi Zafran jadi memuncak. Siapa yang mau di pandang rendah oleh orang lain

Leo langsung tertawa "Ya elah, tu muka! Santai aja kali. Serius banget lo!"

"Eh tapi gue serius sih, udah deh, jangan kejar orang yang nggak bisa di gapai. Jatuhnya sakit hati entar. Masih bocah juga kan lo? Lanjutin dulu deh cita-cita lo, baru ngejar cewe. Tapi jangan Zahra, yang lain masih banyak"

Zafran mengeluarkan lirikan tajam "Maksud lo apa?" Nada suaranya tampak datar, Leo hanya bisa tertawa dalam hati melihat ekspresi adik kelasnya ini

"Nanti lo ngerti lah pastinya" ujarnya sembari tersenyum lalu melenggang pergi begitu saja

Sementara itu, kini Irene dan Kafka tengah menikmati Prom yang lumayan menyenangkan itu. Tanpa mereka sadari sepasang mata menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan sendu

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang