بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
-•o•-
Suasana dapur di toko zahra lumayan gaduh saat ini, peralatan serta bahan-bahan masak tersebar di mana-mana. Bukan, hal tersebut bukanlah hal yang buruk.
Ia tengah sibuk-sibuknya mengemasi ratusan porsi mousse cake yang dipesan Nayla untuk acara di kantornya itu.
Zahra memang harus lebih cepat karena acara akan di mulai dalam waktu satu jam lagi dan ada beberapa mousse cake yang belum ia kemas ke dalam box. Apalagi jika dirinya nanti terkena macet. Ia bisa jadi sangat terlambat, semoga saja hal itu tidak terjadi
Padahal awalnya Zahra sudah memperhitungkan waktu dan menurutnya sudah pas dan tak akan terlambat untuk mengantarkan pesanan yang jumlahnya amat banyak itu.
Zahra tak sendiri, ia di bantu oleh Ratna serta Ayuna yang memang sudah datang sejak pagi karena hari ini adalah akhir pekan.
Ratna sempat terkejut dengan pertanyaan Zahra saat menanyakan apakah ia harus menerima pesanan itu atau tidak.
"Ra, ini box nya kehabisan loh" Kalimat pemberitahuan dari Ratna membuat zahra tercekat. Mengapa ia bisa lupa? Zahra sudah memesan banyak box kue, akan tetapi pesanan kemarin tidak di bawa ke tokonya, melainkan di antar ke kediaman keluarga pradipta karena kemarin tokonya tutup.
"Astaghfirullah, kenapa Zahra bisa lupa ya? Aduh, gimana ini??" Zahra jadi panik sendiri. Tak mungkin ia pulang ke rumah untuk.mengambilnya terlebih dahulu. Waktu untuk menempuh perjalanan bisa menghabiskan dua puluh menit, mana sempat ia pulang ke rumah.
Jika meminta bantuan orang yang ada rumah, hal itu tidak akan mungkin karena mereka semua sedang tidak ada. Leo pergi bersama Mahasiswa Pecinta Alam, Pradipta di luar kota sedangkan asisten rumah tangga sedang tidak bekerja. Lalu apa yang harus Zahra perbuat?
"Di tengah kepanikan melanda, datanglah seorang pahlawan tampan dengan kuda besinya!" Seruan itu membuat semua orang menoleh.
Leo dengan angkuhnya berdiri di ambang pintu dengan satu kaki yang di naikkan di atas kursi. Dari penampilan saja dapat di jelaskan jika laki-laki itu memanglah seorang Mahasiswa Pecinta Alam.
Semua melongo, kenapa tiba-tiba Leo datang kemari? Bukankah ia sudah berangkat pagi tadi?
"Leo?" Leo mengangguk.
"Iya dong, pangeran harus selalu datang tepat waktu. Pangeran harus menyelamatkan nasib ibu suri dan tuan putri" di hampirinya Ratna lalu ia mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
"Nggak jadi ndaki kak?" Leo menoleh ke arah Zahra yang jauh lebih pendek darinya.
"Kenapa? Nggak suka ya, kalo pangeran ganteng ini ada di deket lo? Takut baper? Atau takut bakal terbang ke langit ke tujuh?"
Zahra langsung memukul lengan Leo "Ih! Enak aja! Ya kan Zahra bersyukur kalo kakak nggak ada, jadi lebih tentram suasananya"
Ratna yang menyakaikannya hanya bisa tertawa. Dua orang itu belakangan ini memang serin membuat keributan sehingga membuat suasana rumah yang sepi jadi ramai. Tentunya Ratna sangat bahagia akan hal itu.
"Yaudah! Ngapain pake datang ke sini? Nggak tau apa kalo id sini lagi repot? Mau ngeganggu nih pasti!" Omel Zahra, ia memang sedang kesal pada Leo yang sering mengganggunya.
'Awal-awal aja, di sayang-sayang banget, akhirnya gini nih, kayak kucing peliharaan yang jadi bahan guyonan' begitulah kalimat yang pernah Zahra lontarkan pada Leo. Leo yang pernah mendengarnya hanya mengeluarkan seringaian halus, ia semakin gencar untuk menggoda Zahra dan membuat gadis itu semakin kesal padanya. Itu adalah caranya menunjukkan rasa sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MUBRAM
Teen FictionHidup bukan hanya tentang bagaimana cara kita mencari suatu kebahagiaan. Hidup merupakan bagaimana kita singgah dan menerima titipan dari Allah dengan baik di dunia yang fana ini Apa yang di rasa baik, belum tentu baik untuk kita dan apa yang dirasa...