بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
-•o•-
"Wahai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik."
QS. Al A'raaf : 26-
Mata dini terus menyusuri setiap sudut lobby apartemen yang di tempati oleh Zahra dan Kafka. Tentu saja ia terus berdecak kagum. Impiannya berada di tempat semewah ini bisa tercapai saat ini
Ia tak tinggal diam, ia terus mengabadikan momen yang menurutnya sangat berharga ini di seluruh akun sosial media, bisa dikatakan bahwa ia sedang pamer
Sebenarnya Zahra dan Kafka yang melihatnya jadi risih, bagaimana tidak, sejak mereka memasuki lobby semua mata tertuju pada Dini, terlihat sangat jelas bahwa gadis itu tak pernah datang ke tempat seperti ini
"Saudara lo nyusahin" bisik Kafka pada Zahra
"Maaf, dia baru pertama kali ke tempat kayak gini" lirih Zahra, ia merasa sangat tak enak hati pada Kafka, Dini telah membuat laki-laki itu risih
"Waktu lo ke sini, lo nggak se udik itu"
Zahra ingat, ia juga melihat-lihat seluruh sudut apartemen ini, tapi hanya dengan lirikan mata, lain hal nya dengan Dini yang sampai memutar badannya ke sana kemari dan mengabadikannya dengan ponsel pintar berwarna rose gold miliknya
Langkah mereka terhenti di depan Lift, Kafka menekan tombol lift tersebut, tak lama lift terbuka dan mereka pun masuk ke dalam
Dini masih sama, masih mengabadikan setiap momen, ia tak merasa malu sedikitpun walaupun mendapat tatapan aneh dari banyak orang, masa bodoh lah fikirnya
"Serius kalian tinggal di sini?" Tanya Dini tak percaya, interior apartemen Kafka memang sangat memanjakan mata, dan hal tersebut sangatlah baru untuk Dini
Zahra mengangguki pertanyaan Dini, ah ia hampir lupa, dimana saudara tirinya itu bisa tidur, di sini hanya terdapat dua kamar, satu kamar Kafka dan satunya lagi adalah kamarnya
Apa ia harus tidur dengan dini? Tidak! Hal itu tidak mungkin terjadi, di kamarnya hanya terdapat satu kasur single size, mana muat jika dipakai untuk tidur dua orang
Dini terus mondar-mandir di ruang tengah, ia melihat satu-persatu benda-benda yang ada di sana. Tangannya hendak meraih ponsel dan membuat snap gram. Namun hal itu di hentikan oleh Kafka
"Nggak ada snap gram bodoh di dalam tempat tinggal gue" Bibir Dini mengerucut, padahal peluang bagus baginya untuk memamerkan isi apartemen tersebut pada seluruh followersnya yang mencapai angka lima ribuan itu
Kafka menarik tangan Zahra dan membawanya masuk ke dalam kamarnya "Lo tidur di sini" ujar Kafka singkat. Zahra sempat tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan "Barang lo udah di pindahin semua"
Zahra membelalak, bagaimana bisa hal itu terjadi "Gimana...?"
"Lo nggak usah banyak tanya, yang jelas, kamar lo di tempatin sama si Dini. Mata gue sakit ngelihat dia terus-terusan" Zahra hendak tertawa, namun ia memilih untuk bersikap biasa saja walau ujung bibirnya itu terasa berkedut
"Mau makan apa?" Kafka menautkan kedua alisnya
"Lo mau pesen go food?" Zahra menggeleng "Aku mau masak aja, kasihan kurirnya kalo jam segini di suruh antar makanan" ujar Zahra polos
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MUBRAM
Teen FictionHidup bukan hanya tentang bagaimana cara kita mencari suatu kebahagiaan. Hidup merupakan bagaimana kita singgah dan menerima titipan dari Allah dengan baik di dunia yang fana ini Apa yang di rasa baik, belum tentu baik untuk kita dan apa yang dirasa...