13. Demam

817 40 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

لَا تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ، كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

“Janganlah Engkau mencela demam. Karena demam itu bisa menghilangkan kesalahan-kesalahan (dosa) manusia, sebagaimana kiir (alat yang dipakai pandai besi) bisa menghilangkan karat besi.” 
HR. Muslim no. 2575

'gubrak'

Suara itu membuat Zahra langsung menghentikan bacaannya. Sudah hampir satu jam ia menghabiskan waktu untuk membaca al-quran

Al-quran sudah menjadi candu baginya. Ia tak bisa melewati hari tanpa menyebut satu pun ayat-ayat Allah itu

Zahra bangkit masih dengan menggunakan mukena putihnya lalu berjalan ke arah pintu depan

Lagi-lagi, hati Zahra serasa ter iris. Keadaan Kafka tidak benar-benar baik saat ini. Kejadian beberapa minggu lalu kembali terulang

Laki-laki itu merangkul Dodi dengan tubuh yang sempoyongan. Zahra hanya bisa menatapnya dengan penuh tanda tanya

"Sekali lagi, saya minta maaf mbak. Saya benar-benar enggak bisa ngelawan mas Kafka, apalagi soal mengatur hidupnya, saya cuma orang yang dipekerjakan mbak"

Zahra menggeleng lemah "Bukan salah pak Dodi kok" ujarnya dengan nada suara yang parau "Sini biar saya bopong"

Dodi menyerahkan tubuh majikannya itu pada Zahra. Sebenarnya ia tak tega melihat Zahra yang pendek itu membopong tubuh jangkung milik Kafka. Sangat terlihat jelas bahwa istri majikannya merasa terlalu berat

"Kalo berat biar saya aja mbak"

Zahra kembali menggeleng "Ini kan tanggung jawab saya pak" ujarnya sambil tersenyum. Dodi tau, senyum Zahra penuh penderitaan

Istri mana yang rela melihat suaminya pulang malam, apalagi dalam kondisi kehilangan akal sehat atau mabuk itu

"Beneran mbak?"

Zahra mengangguk "Bapak pulang ke rumah aja, kasihan istiri anak bapak di rumah. Ini udah malem soalnya. Istiri bapak pasti khawatir" bujuk Zahra

Zahra tau bahwa Dodi sudah memiliki istri serta satu anak perempuan. Mengapa Zahra bisa tau? Sebab, terkadang Dodi lah yang menjemputnya, namun ia lebih sering naik angkutan umum

Dodi langsung pamit pulang. Rasa iba menyelimuti dirinya saat melihat raut khawatir di wajah istri majikannya

Awalnya, Dodi terkejut saat mengetahui majikan yang telah ia temani selama lima tahun itu tiba-tiba memiliki seorang istri, apalagi usia kedua insan itu masih sangat muda dan belum saatnya untuk membangun bahtera rumah tangga. Pasti terjadi sesuatu di antara keduanya

Namun ia juga tak berani bertanya langsung pada majikannya saat mengingat sisi tempramen laki-laki itu. Ia takut laki-laki itu malah memecatnya. Sebab ia merasa nyaman bekerja dengan Kafka

Bayangkan saja, pekerjaan hanya antar jemput Zahra ataupun mengawasi Kafka saat laki-laki itu sedang tak terkendali, dan siap sedia saat Kafka meminta bantuannya. Semua itu pun tak ia lakukan setiap hari

Ia bekerja sangat jarang. Tapi majikannya itu tak pernah lelah memberinya bonus. Bagaimana bisa ia melepas pekerjaan berharga seperti itu

Beralih pada Zahra

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang