20. Trauma?

692 45 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-


















"Lo harus mau sama gue, kalo nggak gue bisa ngelakuin apapun biar elo bisa sama gue"

"Ran, ini udah malem. Aku mau pulang, aku udah di tunggu sama orang rumah"

Zafran kembali menggeleng "Bilang dulu kalo elo mau nerima gue" Zahra menautkan kedua alisnya. Seharusnya Zafran tak memaksanya

"Tapi aku beneran nggak bisa"

Zafran langsung mencengkram pergelangan tangan Zahra "Zafran! Apa-apaan kamu?! Kita bukan mahram!" Zahra menarik tanggannya dengan kasar, namun cengkraman Zafran lebih kuat sehingga usahanya itu tak mampu membuahkan hasil

Laki-laki itu mendekatkan tubuhnya pada Zahra dan mendekatkan wajahnya ke wajah Zahra. Tatapannya membuat Zahra katakutan. Fikirannya kembali ke masa dimana sang abang hendak melecehkannya

Zahra langsung menggeleng cepat, rasa takut dan trauma menguasai dirinya "Nggak! Jangan! Jangan lakuin ini, aku mohon! Jangan!" Zahra berteriak. Air mata sudah membanjiri pipinya

"Tenang sayang, kita main sebentar malam ini" tangan Zafran berpindah, tangan kanannya menangkup  menangkup pipi Zahra sedangkan tangan kirinya kini berada di pinggang Zahra

"Zafran! Jangan! Aku nggak mau! Jangan begini Ran jangan!"

"Percuma lo teriak. Nggak akan ada yang bisa dengar elo di sini" ujarnya diiringi dengan senyum devil

Zafran semakin mendekatkan wajahnya. Namun kaca mobil bagian belakang langsung pecah berkeping-keping. Tentu saja aksinya itu gagal

"Keluar lo bangsat!" Zafran langsung keluar dari dalam mobil, terjadi baku hantam antara dua anak manusia itu, namun ternyata Zafran tak cukup kuat untuk melawan tenaga orang itu

Dirasa sudah cukup menghabisi Zafran, orang itu langsung membuka pintu samping kemudi. Di lihatnya wajah Zahra yang pucat dan berlinang air mat

Tanpa ba-bi-bu, Zahra memeluk laki-laki itu dengan erat. Terbesit rasa nyaman. Zahra merasa aman berada di pelukan laki-laki itu. Yang ia fikirkan kali ini bukan tentang harga dirinya sebagai perempuan yang sembarangan memeluk laki-laki terlebih dulu. Yang ia fikirkan adalah mengusir rasa takut

"Kak, Zahra takut" tangis Zahra semakin pecah. Rasa traumanya yang sudah hilang kini kembali hadir. Jika kalian fikir laki-laki itu adalah Kafka, maka kalian salah besar

"Ra, ada gue. Percaya sama gue!" Leo, laki-laki itu membalas pelukan Zahra, di usap-usapnya punggung wanita itu agar merasa lebih tenang

Tak berselang lama, tubuh Zahra melemas, kesadarannya hilang, Zahra pingsan

🍀

Leo membaringkan tubuh Zahra di kamar Zahra. Awalnya ia hendak kerumah sakit, tetapi mengingat jarak rumah sakit yang lumayan jauh dari tempat kejadian, akhirnya Leo memutuskan membawa Zahra ke apartemen Kafka

Leo semakin tersulut emosi ketika sampai di tempat ini, ia tak bertemu dengan Kafka. Beberapa jam berlalu, laki-laki itu juga belum pulang. Sementara itu Leo terus menggenggam tangan Zahra berharap perempuan itu segera tersadar

'Brak'  Leo tersadar. Suara itu membuatnya menoleh dan ia mendapati Kafka yang berdiri dengan wajah merah padam menahan emosi

Ia berjalan ke arah Leo"Maksud lo apa hah?!" Kafka mencekram kerah baju Leo lalu membawanya keluar dari kamar Zahra "Ini yang lo bilang sahabat?!" Di layangkan dua tinjuan di wajah Leo

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang