27. Hari Paling Boros

593 28 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

QS. al-Isra 27-























Di sinilah Zahra saat ini. Ia terus berdiri menunggu Dini yang berjalan sana sini untuk memilih pakaian.

Hampir tiga jam hal itu Zahra lakukan tanpa duduk sama sekali. Kedua tangannya sudah penuh dengan goodie bag serta paper bag berisi belanjaan Dini

Entahlah berapa belas bahkan puluh juta sudah di habiskan oleh gadis itu, dan parahnya ia memakai uang Zahra, Zahra pasrah-pasrah saja, daripada Dini terus memakai pakaian yang sangat terbuka. Walaupun yang dibelinya bukan pakaian syar'i seperti Zahra, namun setidaknya pakaian yang di belinya lebih tertutup, itu semua atas keinginan Zahra

Awalnya Zahra merasa tak enakan karena menggunakan kartu yang di beri oleh Kafka, sudah pasti Kafka yang akan membayar tagihan kartu tersebut

Zahra menghela nafas saat di lihatnya Dini yang terlihat sibuk menentukan warna dress yang akan ia ambil

"Ra, bagusan mana? Pink apa hijau pastel?" Zahra tampak berfikir. Sebenarnya ia ingin menyudahi semua ini, tapi bagaimana Dini yang sudah sangat antusias seperti itu?

"Hijau pastel aja, baju kamu kan banyak yang warna pink" usul Zahra, Dini memang terlihat cantik dengan kedua dress itu

"Gimana kalo dua-duanya aja? Sayang banget kalo gue pilih salah satu, dua-duanya  bagus Ra" kalimat itu membuat Zahra terkejut, belanjaan Dini sudah banyak, lalu untuk apa beli dua sekaligus

"Din, satu aja lah. Jangan banyak-banyak. Pakaian sebanyak ini mau kamu apakan? Kalo kaya gini namanya pemborosan, Din. Ini udah boros banget"

Senyum di wajah cantik Dini memudar "Zahra, Suami lo itu kaya. Kalo cuma baju  segini aja pasti dia mampu lah"Tukas Dini seenaknya

"Aku tau Kafka mampu, tapi ini berlebihan Din, baju kamu di rumah kan udah banyak. Untuk apa beli sebanyak ini?"

"Elo nggak suka ya, ngelihat gue bahagia? Mentang-mentang, lo udah hidup bahagia kayak seorang ratu karena hartanya Kafka " Zahra tersentak. Bagaimana bisa Dini berfikir sejauh itu? padahal selama ini Zahra terus mengorbankan perasaannya demi saudara tirinya itu

Zahra menggeleng "Kenapa kamu mikir begitu?"

"Ya habisnya lo julid banget ngelihat lo belanja, atau lo nggak ikhlas beliin gue baju sebanyak ini? Itu kan juga pake uangnya Kafka" memang uang Kafka, justru itu Zahra merasa tak enak karena itu

"Astaghfirullah Din, siap ya g julid? Aku ikhlas, tapi kan ini pake uang Kafka, aku jadi nggak enak sama dia"

"Hey, uang suami itu uang istri, ya berarti uang Kafka itu uang lo juga, elo berhak make uang itu buat apapun, termasuk buat keluarga lo ini"

Mereka sudah jadi sorotan banyak orang, suara Zahra memang tak terlalu kencang, namun suara Dini yang lantang lah mebuat beberapa mata tertuju pada kedua kaakk beradik tiri itu

Jadilah Zahra harus menebalkan wajahnya, apalagi saat Dini mengajaknya pindah dan memilih baju lain

"Tumben belanja banyak?" Suara itu membuat Zahra menoleh Kesamping, seorang laki-laki bertubuh Jangkung berjalan beriringan mengikuti langkah Kaki Zahra

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang