21. Malam Takbir

648 41 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

'Jika rindu seseorang, hendaklah membaca surah Al-fatihah dan letakkan tanganmu di dada dan berdzikirlah kepada Allah dan berniat semoga dia merasai rindu kita padanya'

Ust. Don Daniyal-





















Zahra duduk termenung di balkon rumah keluarga Pradipta, keluarga besar Hans Pradipta, ayah Leo

Bukan, bukan sebagai tetangga Irene lagi, tapi mereka memutuskan untuk pindah ke rumah yang punya jarak lumayan jauh dari lingkungan itu

Semua itu mereka lakukan semata-mata untuk mengurangi rasa trauma yang di alami oleh Zahra

Tentang Zafran, pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkannya karena perbuatan keji itu. Tentu saja bunda Zafran sangat terpukul saat mendengar hal itu, dan kabarnya Zafran akan dimasukkan ke sebuah pesantren

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, takbir menggema di setiap penjuru kota. Di tatapnya bintang-bintang yang bertebaran di angkasa dengan tatapan nanarnya

Ia rindu pada sosok pangeran penyelamatnya yang telah membuat hatinya terluka. Siapa lagi jika bukan Kafka?

Laki-laki itu tetaplah suami sah Zahra secara agama, walaupun belum terbuktu secara hukum

Setiap hari ia selaku bertanya-tanya bagaimana kondisi laki-laki itu tanpanya. Apa laki-laki itu sudah makan? Apa selama bulan ramadhan ia berpuasa satu bulan penuh? Entahlah, rasanya tak mungkin. Dan apakah laki-laki itu masih suka keluar malam dan pulang dalam keadaan mabuk?

Tiga puluh hari bulan ramadhan ia lalui tanpa sosok Kafka, padahal ini menjadi ramadhan pertama bagi mereka

Ia juga rindu pada keluarganya di kampung, walau mereka keluarga tiri dan selalu jahat pada zahra, tetap saja ia sayang kepada semuanya. Bagaimanapun juga, mereka tetap membantu Zahra bangkit dari keterpurukan saat ibunya meninggal

Entah lah, Zahra juga tak mengerti, yang jelas rindunya pada ibu, kakak, dan suami, saat ini belum mampu terobati

Awalnya ia ragu untuk menjalani kehidupan dengan keluarga Pradipta, keyakinan mereka berbeda. Keluarga Pradipta sangat memegang teguh ajaran agama dan rosario di hatinya sedangkan Zahra senantiasa bertasbih dan membaca al-qurannya

Tapi ternyata, keluarga Pradipta sangat menghargai agamanya, mereka mengizinkan zahra mengaji di manapun selagi Zahra nyaman, bahkan Ratna sering menyuruhnya memurojaah hafalan sembari membantu Ratna memasak

Toleransi kedua umat agama itu sangatlah kuat, untungnya keluarga Pradipta juga sangat menghindari makanan-makanan haram. Percayalah bahwa sejak dulu mereka tak pernah memakan daging babi karena mereka tau daging itu tidak baik untuk di konsumsi

Selama bulan ramadhan ini juga Leo sering mengarkannya shalat tarawih di masjid perumahan, tak tanggung-tanggung ia selalu menunggui Zahra dari awal hingga Zahra selesai tarawih, ia lakukan dengan alasan takut Zahra kenapa-napa. Betapa beruntungnya Zahra berada di tengah tengah orang yang menyayanginya

"Lo, ada rencana apa gitu? Besok kan lebaran?" Zahra langsung menoleh mendengar suara itu. Suara itu milik Leo yang kini tengah bersandar di kisi-kisi pintu

Zahra menggeleng lemah "Nggak tau" lirihnya. Sebenarnya ia sangat ingin bertemu dengan Kafka, hampir satu bulan ia tak tau kabar laki-laki itu. Leo pun juga sepertinya tak pernah menemui laki-laki itu lagi

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang