15. Lia?

667 38 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

Kakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang [biasa] nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…”.

QS An-Nuur  31-























Zahra masuk kelas degan perasaan yang kurang baik. Beberapa hari ini, tak ada kabar dari Irene. Sahabatnya itu menghilang tanpa kabar. Bahkan Raya bilang Irene tak ada di rumah

Zahra merasa sangat cemas dengan keadaan sahabatnya itu. Sebenarnya ia masih terpukul mengingat kejadian saat Irene melumat bibir Kafka dan saat dua pasangan itu berkelahi di apartemennya

Namun rasa cemas itu sirna saat melihat Irene sedang duduk sambil melamun di bangkunya

"Ren?" Panggil Zahra lembut sambil duduk di sampingnya

Tanpa aba aba, Irene langsung mendekap tubuh Zahra. Gadis itu menangis dalam pelukan Zahra. Zahra tak mengerti, yang bisa ia lakukan saat ini hanya membalas pelukan Irene dan menenangkan tangis sahabatnya itu

"Ra, gue jahat ya? Apa gue murahan banget?" Zahra tersentak. Apa yang di katakan oleh sahabatnya itu. Zahra tak mengerti, apakah hal itu berhubungan dengan kejadian yang ia saksikan beberapa malam yang lalu?

"Gue murahan ra. Gue murahan" Ujar Irene masih dengan tangisnya yang tersedu sedu itu

"Kenapa ngomong gitu? Siapa yang bilang kayak gitu?" Ah, Zahra merasa seperti orang jahat saat menannyakan hal itu. Ia harus berlaga layaknya orang yang tak tau apa apa

"Gue murahan ra! Gue murahan! Bahkan gue godain Kafka. Gue suruh dia sentuh gue. Gue udah sering ngerayu dia sampai dia harus nahan nafsu mati-matian. Gue murahan Ra!" Tangis Irene semakin menjadi. Untungnya kondisi kelas masih sepi karena keduanya datang pagi hari ini

"Kenapa kamu ngelakuin hal itu?" Tanya Zahra ragu. Untungnya Irene tak marah

"Gue sayang sama Kafka Ra. Gue nggak mU kehilangan dia. Akhirnya gue mutusin buat ngasih badan gue ke dia supaya dia nggak ninggalin gue" ujarnya masih dengan tangis yang sama "Tapi dia selalu nolak gue ra. Dia selalu bilang kalo gue salah. Gue tau, gue salah. Tapi itu cara gue. Gue nggak mau kehilangan dia. Dan kemarin darinkata katanya, gue jadi ragu kalo dia sayang sama gue. Gue ragu kalo dia mau jagain gue terus. Dia udah nggak sayang gue ra"

Zahra menatap Irene dengan tatapan iba. Ia tak tega melihat sahabatnya menangis seperti itu. Tapi dirinya sendiri saja berada pada kondisi yang lebih sulit karena dia lah yang paling merasa tersakiti dengan hubungannya dan Kafka

"Ren. Nggak gitu caranya. Kafka udah buktiin kalo dia sayang sama kamu dengan dia nggak nyentuh kamu. Dia mau jagain kamu, bukan mau ngerusak. Kafka bener Ren. Aku bisa lihat jelas dari mata kalian berdua kalo kalian itu punya perasaan yang sama-sama besar" Tidak, Zahra tidak bicara sembarangan. Ia memang sedang jujur pada sahabatnya itu. Ia tak mau Irene terluka, di sini dirinya lah yang harus berkorban demi kebahagiaan Kafka dan Irene

"Iya, gue tau gue salah. Sekarang Kafka udah nggak sama kayak dulu. Dari omonganya, gue bisa ngelihat kalo dia nggak akan nemenin gue selamanya. Dia nggak akan sama gue lagi Ra. Gue lihat dia udah mulai nggak sayang sama gue" ujar Irene masih dengan tangisnya

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang