8. Kafka Mabuk!

785 39 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-


Note
Sebelum kalian baca lebih lanjut, aku mau ingatin kalo di part ini mengandung unsur 17+

Jadi buat kalian yang masih di bawah itu, aku saranin skip aja kalo udah nemu flashback on

Tapi bagi kalian yang belum cukup umur tetep maksain baca, yaudah lah

Sorry :)

Rasulullah saw bersabda

اَ يَزْنِي الزَّانِي حِيْنَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِيْنَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ. “
Tidaklah berzina seorang pezina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, tidak pula meminum khamr ketika meminumnya dalam keadaan beriman.”






































Kafka tengah berdiam diri di sofa ruang tengah. Matanya terus memandang ke arah jam di atas televisi. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan empat puluh malam. Televisi di depannya ia biarkan menyala tanpa ada yang mengamati

Apa lagi yang ia lakukan selain menunggu gadis lugu yang ia nikahi beberapa hari lalu. Ia tak khawatir, hanya saja ia tak suka gadis itu keluyuran entah kemana. Terlebih alamat yang dituju gadis itu sama dengan tempat ia menjemput kekasihnya. Kini ia tau bahwa istrinya satu kelas bahkan satu kelompok dengan sang kekasih

Irene, sang kekasih saja sudah ia antar pulang, mengapa gadis itu sampai sekarang bekum mengijakkan kakinya ke rumah

Jika terjadi sesuatu, pasti ia yang bertanggung jawab, dan tentunya ia tak mau itu terjadi karena baginya amat sangat merepotkan

Selang beberapa menit, pintu apartemen tersebut terbuka menampilkan gadis dengan gamis berwarna mocca dan tentunya dengan khimar yang berwarna senada

"Assalamualaikum" salam itu tak membuat Kafka menolehkan pandanganya juga tak ada sedikitpun niat untuk menjawab salam itu

Sementara itu, Zahra yang kini berdiri tepat di samping Kafka pun jadi takut karena ia pulang terlambat "Ngapain malam malam begini baru pulang?" Belum sempat Zahra menjawab, Kafka kembali menimpali "Kenapa nggak sekalian pulang pagi aja? Udah puas nge-jalangnya?"

'deg'
Bagai di hujam ribuan belati, Zahra merasa perih mendengar pertanyaan Kafka. Ia tak pernah menyangka pertanyaan menyakitkan seperti itu terlontar dari mulut Kafka, orang yang ia nobatkan sebagai pelindungnya dari anggota keluarga ibu tirinya yang tamak

"Kenapa kamu ngomong gitu?" Tak terasa, cairan bening itu keluar dari pelupuk mata Zahra yang sendu

Kafka mengangkat alisnya lalu mendegus "Ya elah, gue cuma bercanda aja. Dimasukin ke hati banget sama lo, baperan lo" sentaknya sambil mengeluarkan seringaian kecil dari bibir ranumnya itu

"Gue kan udah bilang, gue juga nggak bakal perduli lo ngapain di luar sana, tapi ya elo perlu ingat satu hal, jangan bawa-bawa gue kalo elo kenapa napa. Gue males repot" Kafka langsung masuk ke dalam kamarnya, sementara itu, Zahra luruh ke lantai. Menurutnya candaan Kafkaa amat sangat tidak lucu

Kafka seakan menjatuhkan harga diri nya, dan pria itu membuat goresan di hati kecil Zahra. Zahra kuat, tapi ia tak pernah bisa menahan tangisnya saat sedang sendirian. Ia tak kuasa menahan cairan itu karena omongan Kafka. Ia tau, Kafka hanya bercanda, tetapi ia juga tau bahwa tak seharusnya laki-laki itu mengatakan hal demikian padanya

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang