9. Shopping Day

734 42 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya"
QS al-Isra 27



























Lagi-lagi, hari ini Zahra tak mampu membangunkan Kafka di waktu subuh. Ketukan pintu dan teriakannya tak cukup nyaring untuk membuat Kafka bangkit dari tempat tidurnya

Sebenarnya pagi ini terselip secuil rasa bahagia di hatinya, bagaimana tidak? Ketika dirinya bangun, tubuhnya sudah berada di atas ranjang yang berada di kamarnya, tak lupa dengan selimut yang membalut tubuhnya

Zahra ingat betul bahwa semalam ia tidur di sisi sofa untuk menemani Kafka karena ia khawatir dengan keadaan laki-laki itu

Dirinya bahkan sampai membayangkan hal yang membahagiakan. Inilah titik lemah Zahra, ia sangat sering terbawa perasaan dengan Kafka, terlebih saat Kafka berlaku baik padanya. Ah, Zahra merasa seperti sedang terbang ke Kayangan

Zahra keluar dari pintu kamarnya, di lihatnya kafka berdiri di balkon sambil menelfon seseorang. Laki-laki itu terlihat berbeda pagi ini. Baru kali ini Zahra melihat laki-laki itu menggunakan baju longgar tanpa lengan serta celana drawstring panjang berwarna abu-abu

Gadis itu langsung membuang pandangannya jauh-jauh. Ia jadi tersipu sendiri melihat tubuh Kafka yang atletis itu. Sebelumnya, tak pernah ia melihat pemandangan yang memanjakan mata kaum hawa tersebut. Ah pernah, saat tragedi yang membuat ia harus menikah dengan laki laki itu

'astaghfirullah, Zahra' batinnya merutuki isi fikiran yang entah kemana. Zahra tak pernah melihat pemandangan seperti itu selama hidupnya, bahkan tayangan televisi pun jarang ia tonton

Tak mau berlama-lama melihatnya, Zahra langsung menuju dapur, ah tidak berguna juga. Balkonnya masih terlihat jelas dari dapur 'fokus Ra, seketika kamu kelihatan nakal kan jadinya' batinnya kali ini

"Yah nggak ada apa-apa, kok aku bisa lupa sih?" Yup, di dapur tak ada bahan makanan sama sekali, beberapa kue dan camilan sudah ia makan karena Zahra tak tega melihatnya hanya sebagai pengisi kulkas. Bukan-bukan, zahra sangat gemar makan, jadi ia habiskan semua makanan itu dalam waktu beberapa hari saja dan ia tak perlu memasak

Kafka? Ia juga tak ambil pusing, laki-laki itu hanya sesekali makan di rumah, itupun hanya memakan roti dengan selai kacang

Zahra duduk di mini bar, ia takupkan kepalanya di atas kedua tangannya. Ia sungguh bosan, tak kegiatan yang bisa ia lakukukan. Seisi rumah sudah ia bersihkan semua sehabis subuh tadi, terkrcuali kamar Kafka. Laki-laki itu tak pernah mengizinkannya masuk ke kamar yang tak pernah Zahra ketahui isinya itu

"Dua puluh menit" suara itu membuyarkan lamunan Zahra, ia langsung mendongak dan dilihatnya Kafka berdiri di sampingnya. Zahra mengernyit heran dengan tiga kosa kata yang Kafka lontarkan "Gue tunggu lo siap-siap selama itu. Kita keluar"lanjutnya lalu melenggang masuk ke kamar

Zahra lemah, ah, lagi-lagi ia tersipu hanya dengan ajakan jalan seperti itu. Tak tanggung-tanggung, ia berjalan tergesa-gesa ke kamarnya karena takut jika ia memperlambat akan terlambat

Lima belas menit berlalu, Zahra keluar daei kamarnya dengan gamis berwarna khaki serta khimar dengan warna senada. Ia tak membawa apa-selain tubuhnya sendiri. Di lihatnya kafka duduk bersandar di sofa dan sedang sibuk sendiri dengan ponselnya itu

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang