29. Pertemuan Tak Terduga

570 31 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-




Kehidupan pernikahan setiap pasangan itu berbeda-beda, tak pernah ada yang sama

Tak semua pasangan dapat hidup layaknya pasangan romantis, ada pula yang hidup dengan rasa canggung yang ada

Tapi percayalah, semua tujuan mereka sama, sama-sama hendak mencapai kata bahagia. Begitu pula dengan Zahra

Hampir satu tahun ia membangun bahtera rumah tangga dengan Kafka, laki-laki itu memang mulai berubah. Kafka tak lagi terlalu tempramen seperti dulu

Saat ini Zahra mulai disibukkan dengan jam belajar tambahan bagi anak kelas dua belas. Ia mulai mengikuti bimbingan belajar untuk mengembangkan nilainya

Bimbel online, hal itu memang sedang marak saat ini, namun semua itu tak Zahra ikuti karena Kafka tak yakin Zahra bisa menaikkan nilainya

Zahra duduk di gazebo depan fakultas ekonomi dan bisnis sembari membawa sebuah map plastik yang entah di dalamnya berisi kertas apa, Zahra pun tak tau

Bukan, bukan ia yang hendak berkuliah. Hari ini sekolahnya di liburkan karena seluruh guru mengikuti acara pelatihan dari yayasan yang mendirikan sekolahnya itu

Kebetulan Kafka menelfon Zahra dan memintanya untuk mengantarkan map tersebut, akhirnya Zahra menyetujuinya

Mata Zahra menyusuri setiap inchi gedung fakultas, Zahra suka melihat desain gedung yang berkonsep industrial itu

Zahra sangat tertarik pada dunia arsitektur sejak smp dulu. Semua itu berawal dari almarhum ayahnya yang merupakan seorang pekerja di perusahaan kontraktor

Bukan sebagai arsitek, namun ayahnya punya bakat mendesain yang terpendam, hal itu yang amat menginspirasi seorang Zahra

Apa dirinya bisa kuliah asri? Itu yang selalu Zahra fikirkan sejak ayahnya meninggal. Semua harapannya runtuh sejak ayahnya menghembuskan nafas terakhir

Siapa yang mau membiayai? Kafka? Apa laki-laki itu mau?

Lagipula dari semua artikel yang Zahra baca, kuliah arsitektur akan sangat menyita waktunya. Tak mungkin kan, ia mengabaikan tugasnya sebagai seorang istri, itupun jika ia masih menjadi istri dari seorang Kafka

"Eh, ada adek gue!" Zahra menoleh ke kanan dan mendapati tubuh jangkung Leo yang sedang berdiri sembari melempar senyuman pada Zahra

Leo? Untuk apa laki-laki itu menghampirinya?

"Nyari gue ya?" Leo mendudukkan bokongnya di samping tempat Zahra duduk

Zahra menautkan kedua alisnya "Buat apa?"

"Huh! Gini nih, kalo udah sama si Kafka, jadi lupa kan ama kakaknya. Se ganteng apa sih, si Kafka di mata lo? Gantengan juga gue" ujar Leo membangga-banggakan dirinya sendiri

Kekehan kecil keluar dari mulut Zahra, ia merasa lucu saat melihat perilaku leo. Menurutnya, laki-laki berwajah tegas seperti Leo sangat kurang cocok bila berperilaku demikian

Di awal pertemuan mereka, sebenarnya Zahra juga merasa aneh, tapi ya memang sifat Leo seperti itu, mau bagaimana lagi?

"Jadi ceritanya emang beneran lagi nungguin si Kafka nih?" Zahra mengiyakan

"Kak Leo sendiri ngapain di sini? Jangan bilang kakak ngikutin Zahra?"

"Emang kalo ngikutin kenapa? Masalah banget? Ini kan kampus gue, situ lah yang ngapain di sini? Manja banget si Kafka minta di tungguin"

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang