12. Cemburunya Zahra

664 41 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِي

-•o•-

Sungguh, wanita bisa menyembunyikan rasa cintanya selama empat puluh tahun, tapi tak bisa menyembunyikan rasa cemburunya walau hanya sesaat
Ali bin Abi Thalib-























Zahra tak lagi berada di pinggir lapangan. Masih teringat jelas bentakan yang Kafka lontarkan. Zahra tak pernah kuat jika di bentak, apalagi dengan orang terdekatnya

Walaupun ia tak se dekat itu dengan Kafka, namun dirinya dan Kafka punya hubungan yang membuat mereka akan terus bersama hingga Allah menakdirkan perpisahan untuk mereka

Tapi Zahra tak tau, apa hubungannya dengan Kafka akan berlanjut, atau berakhir di satu titik

Yang jelas, Zahra merasa sedikit takut pada lelaki itu

"Elo nggak papa kan?" Tanya Zafran yang sejak tadi berada di sampingnya

Zahra menggeleng "Kamu nggak dokumentasi?"

"Kalo elo gue tinggal gimana?" Zafran malah bertanya balik pada Zahra

Zahra tersenyum singkat. Ini lah titik kelemahan Zafran, senyum Zahra. Zafran akui bahwa gadis itu tak secantik dan seputih para siswi SMA Prima Bangsa yang lain. Hampir semua siswi di sekolah ini punya keturunan china dan negara negara lain, hanya ada beberapa manusia pribumi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari termasuk Zahra

Zafran sendiri punya keturunan arab dari ayahnya walau ibunya asli wanita pribumi

Namun Zahra punya senyum yang menurutnya berbeda dari perempuan lain. Senyum Zahra sangat meneduhkannya

"Aku juga mau ke sana lagi kok" ujar Zahra yakin

"Nggak usah" Zahra mengernyit bingung  "Gue nggak mau si kakak kelas yang sok ganteng itu semena-mena sama lo"

Zahra terkekeh "Aku nggak papa kok. Wajarlah kalo Kafka marah gitu"

Zahran mengernyit "Kok lo nggak pakek Kak, sih?"

Ah, Zahra lupa, ia tak boleh membiasakan memanggil nama Kafka secara langsung di tempat umum. Sebenarnya di rumah juga kurang sopan, tapi apa boleh buat jika kafka yang memerintahkannya

"Oh, itu. Dia kan nggak suka di panggil Kak" ujar Zahra polos

"Kok lo tau?" Pertanyaan itu sukses membuat Zahra diam seribu bahasa

Zafran langsung tertawa "Jadi elo update gosip anak-anak cewe?" Zahra tercekat. Gosip? Bahkan membicarakan orang lain saja jarang, bagaimana bisa update gosip "Mukanya nggak usah gitu dong. Santai aja kali"

"Yaudah yuk. Nanti kelewat banyak kejadian" Zahra langsung berdiri meninggalkan Zafran yang masih terduduk

Zafran jadi heran, apa perempuan itu tak takut dengan seorang Kafka? Entahlah terbuat dari apa hati gadis itu

Zahra kembali memotret setiap kegiatan yang ada di lapangan. Hampir semua membicarakannya karena nyali yang ia punya. Irene dan Raya yang melihat Zahra dari tribun pun langsung menghampiri gadis itu

"Ra! Sorry banget ya, Kafka emang gitu orangnya. Dia emang punya tampang yang family friendly, tapi dia paling nggak bisa kalo ngontrol diri waktu lagi marah"

Zahra mengernyit bingung, untuk apa Irene memberi penjelasan padanya?

"Aku nggak papa. Soal Kafka, santai aja kali. Lagian buat apa kamu yang minta maaf. Aku kan juga salah di sini"

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang