بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِي
-•o•-
Sungguh, wanita bisa menyembunyikan rasa cintanya selama empat puluh tahun, tapi tak bisa menyembunyikan rasa cemburunya walau hanya sesaat
Ali bin Abi Thalib-Zahra tak lagi berada di pinggir lapangan. Masih teringat jelas bentakan yang Kafka lontarkan. Zahra tak pernah kuat jika di bentak, apalagi dengan orang terdekatnya
Walaupun ia tak se dekat itu dengan Kafka, namun dirinya dan Kafka punya hubungan yang membuat mereka akan terus bersama hingga Allah menakdirkan perpisahan untuk mereka
Tapi Zahra tak tau, apa hubungannya dengan Kafka akan berlanjut, atau berakhir di satu titik
Yang jelas, Zahra merasa sedikit takut pada lelaki itu
"Elo nggak papa kan?" Tanya Zafran yang sejak tadi berada di sampingnya
Zahra menggeleng "Kamu nggak dokumentasi?"
"Kalo elo gue tinggal gimana?" Zafran malah bertanya balik pada Zahra
Zahra tersenyum singkat. Ini lah titik kelemahan Zafran, senyum Zahra. Zafran akui bahwa gadis itu tak secantik dan seputih para siswi SMA Prima Bangsa yang lain. Hampir semua siswi di sekolah ini punya keturunan china dan negara negara lain, hanya ada beberapa manusia pribumi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari termasuk Zahra
Zafran sendiri punya keturunan arab dari ayahnya walau ibunya asli wanita pribumi
Namun Zahra punya senyum yang menurutnya berbeda dari perempuan lain. Senyum Zahra sangat meneduhkannya
"Aku juga mau ke sana lagi kok" ujar Zahra yakin
"Nggak usah" Zahra mengernyit bingung "Gue nggak mau si kakak kelas yang sok ganteng itu semena-mena sama lo"
Zahra terkekeh "Aku nggak papa kok. Wajarlah kalo Kafka marah gitu"
Zahran mengernyit "Kok lo nggak pakek Kak, sih?"
Ah, Zahra lupa, ia tak boleh membiasakan memanggil nama Kafka secara langsung di tempat umum. Sebenarnya di rumah juga kurang sopan, tapi apa boleh buat jika kafka yang memerintahkannya
"Oh, itu. Dia kan nggak suka di panggil Kak" ujar Zahra polos
"Kok lo tau?" Pertanyaan itu sukses membuat Zahra diam seribu bahasa
Zafran langsung tertawa "Jadi elo update gosip anak-anak cewe?" Zahra tercekat. Gosip? Bahkan membicarakan orang lain saja jarang, bagaimana bisa update gosip "Mukanya nggak usah gitu dong. Santai aja kali"
"Yaudah yuk. Nanti kelewat banyak kejadian" Zahra langsung berdiri meninggalkan Zafran yang masih terduduk
Zafran jadi heran, apa perempuan itu tak takut dengan seorang Kafka? Entahlah terbuat dari apa hati gadis itu
Zahra kembali memotret setiap kegiatan yang ada di lapangan. Hampir semua membicarakannya karena nyali yang ia punya. Irene dan Raya yang melihat Zahra dari tribun pun langsung menghampiri gadis itu
"Ra! Sorry banget ya, Kafka emang gitu orangnya. Dia emang punya tampang yang family friendly, tapi dia paling nggak bisa kalo ngontrol diri waktu lagi marah"
Zahra mengernyit bingung, untuk apa Irene memberi penjelasan padanya?
"Aku nggak papa. Soal Kafka, santai aja kali. Lagian buat apa kamu yang minta maaf. Aku kan juga salah di sini"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MUBRAM
Genç KurguHidup bukan hanya tentang bagaimana cara kita mencari suatu kebahagiaan. Hidup merupakan bagaimana kita singgah dan menerima titipan dari Allah dengan baik di dunia yang fana ini Apa yang di rasa baik, belum tentu baik untuk kita dan apa yang dirasa...