43. Kafka Yang Lebih Baik?

686 47 4
                                        

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.
QS. Al-Anfal 24-



Sejak hari yitu, Kafka rajin datang ke toko Zahra. Bahkan semua itu ia lakukan hampir setiap hari.

"Gue mua ketemu sama kucing itu" kalimat itu selalu mengiringi kedatangan Kafka.

Tentang kucing kecil itu, saat ini makuk yang hidup dengan mengeong itu jadi pemanis toko Zahra. Tampangnya yang imut dan menggemaskan membuat banyak orang senang akan kehadirannya.

Kucing itu jadi sangat aktif saat ini. Setiap hari Zahra selalu membawanya pulang pergi dari rumah ke toko.

Tak mungkin, kan, Zahra meninggalkan kucing itu di toko sendirian saat malam hari.

"Mousse cakenya jangan lupa!" Ujar Kafka, laki-laki itu duduk di kursi yang berada di sudut toko.

"Kucing takut sama tikus" ujar Zahra polos, itu hanya alibinya untuk mengusir Kafka keluar dari tokonya. Kafka sudah seperti penglaris saat ini.

Bayangkan saja, sejak adanya kehadiran Kafka, tokonya jadi dipenuhi oleh gadis-gadis SMA. Semua mata gadis-gadis itu terus tertuju pada Kafka, tak tanggung-tanggung, mereka juga memotret Kafka secara terang-terangan. Tentu saja Zahra tidak ikhlas akan hal itu.

"Gue bilang mousse, bukan mouse" ayolah, semua itu dipukul rata oleh Zahra. Ia sangat ingin berada di sisi Kafka, namun ia juga malas meladeni perilaku laki-laki itu yang belakangan ini terlihat sangat aneh.

"Sama aja!"

"Jadi lo nggak mau layanin pelanggan nih?"

Apakah hanya Zahra yang merasa bahwa semakin lama Kafka mulai banyak berbicara, laki-laki itu sudah tak seperti dulu lagi.

Zahra merasa bahwa kalimat yang di lontarkan Kafka sejak pertemuannya di rumah Kafka itu semakin memperlihatkan sisi hangat yang di miliki Kafka.

"Una" tangan Zahra melambai ke arah Ayuna yang tengah berdiri di depan meja kasir, hanya Ayuna yang bisa membantu Zahra untuk menghindar dari Kafka.

Ayuna menghampiri Kafka karena isyarat dari Zahra, sementara Zahra langsung bergegas ke belakang untuk menetralkan degub jantungnya.

"Ya Allah, kenapa jadi kayak gini sih" Ujar Zahra bermonolog.

Wajah Kafka jadi semakin menempel di ingatan gadis itu, Zahra adalah sosom wanita yang susah untuk melupakan sesuatu, tentunya melupakan wajah Kafka adalah hal yang sangat sulit untuk di capai.

Tapi mengapa Kafka jadi sering datang ke tokonya? Bahkan pekerjaan Nayla untuk mrmbeli kue di tokonya suda di ambil Alih oleh Kafka.

Laki-laki itu juga memiliki perilaku yang tampak sangat berbeda dengan yang dulu. Lebih hangat dan banyak bicara.

Apa Kafka dulu seperti itu saat bersama dengan mendiang Irene?

Berbicara soal Irene, Zahra sangat merindukan sosok sahabatnya yang telah pergi itu.

Zahra rindu dengan setiap kalimat yang terlontar oleh Irene, hampir semua yang di ucapkan sahabatnya itu pasti bersangkutan dengan Kafka.

Memang terkesan menyakiti, namun Zahra merasa senang saat melihat sahabatnya tersenyum. Sangking senangnya Zahra sampai melupakan perasaannya yang selalu tercabik-cabik.

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang