22. Luka Di Hari Raya

744 42 0
                                        

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-


























"Nggak solat mas?" Leo yang bersandar di mobil sambil melamun jadi tersadar

Leo tersenyum kaku, bagaimana bisa ia sholat? Agamanya tak mengajarinya untuk melakukan itu "Enggak" Ia hanya mengantar Zahra ke tempat ini, gadis itu juga sudah menghilang di tengah keramaian orang yang hedak melaksanakan sholat idul fitri

Laki-laki berpeci itu menautkan kedua alisnya "Kenapa? Ini kan sekali dalam setahun. Jangan di lewatin begitu aja, sayang banget, belum tentu tahun depan ketemu lagi" Hey, apa ini, apa laki-laki di depan mendoakannya agar cepat menghadap tuhan? Tidak-tidak, wajar saja dia menanyakan hal demikian. Laki-laki itu tidak tau bahwa Leo adalah seorang katolik

Leo tersenyum "Saya nggak sholat, saya cuma ngantarin adik saya, saya Katolik"

Laki-laki itu tampak terkejut mendengar jawaban dari Leo. Ternyata keluarga tak seiman memang benar-benar ada

"Maaf mas, saya nggak tau"

Leo kembali mengeluarkan senyumnya "Santai aja kali"

"Kalo gitu, saya ke sana dulu ya mas, sholatnya keburu dimulai" Leo mengangguk faham

Tiga puluh menit lebih leo habiskan untuk menunggu Zahra, akhirnya batang hidung perempuan itu terlihat di di antara hiruk pikuk manusia yang tengah menggunakan mukenanya ataupun gamisnya

Maklum saja lama, mencari celah di antara ribuan umat manusia bukanlah hal yang mudah "Zahra lama ya kak?"

"Lama banget, sampe jenggotan gue di sini" Hey, Leo terlalu berlebihan sepertinya

"Maaf deh, abisnya ramai banget, Zahra nggak pernah ada di tempat se ramai ini. Kalo di kampung Zahra, masjid gede ya nggak segede ini. Jadi orangnya nggak terlalu banyak"

Leo tersenyum. Rupaya laki-laki itu memang tak pernah berhenti tersenyum "Iya, gue ngerti kok"

Mereka masuk ke dalam mobil putih milik Leo

"Loh kok keluar? Mau kemana?" Tanya Zahra saat menyadari mobil Leo berjalan menuju pintu keluar perumahan

Leo tak menggubrisnya, ia tetap fokus dengan jalanan di depannya

Jalan raya tak terlalu padat pagi ini karena banyaknya masyarakat yang memilih untuk mudik ke kampung halamannya

Dulu, Zahra selalu kesal saat menjelang hari raya Idul fitri begini. Semua siaran televisi membahas tentang kemacetan jalan tol hingga program kartun di stasuin televisi favoritnya pun ikut terganggu sehingga ia mengadu pada ayahnya sampai menangis meraung-raung agar gangguan dari berita menyebalkan itu menghilang

Ia jadi senyum-senyum sendiri mengingat masa-masa yang menurutnya jahiliyah itu

"Kenapa senyum-senyum gitu? Gue ganteng ya?" Pertanyaan konyol dari Leo itu sukses membuat Zahra memincingkan matanya

"Ya elah, matanya itu lo mbak, rasanya mau gue jadiin bakso"

"Ya habis kakak kepedean gitu"

Leo mencebikkan mulutnya, seru sekali menggoda seorang Zahra, ia bahagia karena Zahra bisa bangkit dari keterpurukan dengan mudah

Mobil Leo berhenti tepat di pintu masuk sebuah gedung dengan dinding yang hampir sepenuhnya menggunakan kaca itu "Kak?" Tanyanya tak percaya

Leo mengangguk "Gue nggak bisa ngelihat adek gue terus-terusan sedih begitu. Tenang aja, mama sama papa ngizinin kok"

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang