32. Duka

640 37 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

Leo masuk ke dalam rumah sakit, di depan ruang IGD tak ada siapa-siapa, oleh karena itu ia masuk ke dalam untuk mengecek

Zahra terus bertanya-tanya dalam hati, ada apakah ini? Ia takut terjadi sesuatu yang tak ia harapkan

Langkah Leo terhenti tepat di depan kursi tunggu dekat ruang IGD, Zahra yang mengikutinya tadi juga ikut berhenti kali ini

Pandangan Zahra beralih pada dua sosok paruh baya yang sedang menangis tersedu sedu. Sepertinya Zahra mengenal dua orang itu

Tidak, bukan sepertinya, tapi dia memang mengenalnya, wanita paruh baya itu adalah mami dari sahabatnya, dan laki-laki itu adalah suaminya

Runtuh sudah benteng pertahanan Zahra, air matanya lolos begitu saja tanpa permisi. Sekarang Zahra faham dengan keadaan

Netra Zahra kali ini menangkap sosok laki-laki berjaket hoodie hitam yang tengah terduduk di lantai

Laki-laki itu tampak kacau walaupun sebuah hoodie menutupi kepalanya

Zahra amat mengenali postur tubuh itu, postur tubuh laki-laki itu bukan hal yang langka lagi bagi Zahra

"Kafka?" Lirih Zahra yang masih berdiri mematung di tempatnya

Zahra kini tau siapa yang berada di ruang IGD, jawabannya hanya satu, Irene, siapa lagi jika bukan sahabatnya itu? Jika bukan Irene, lalu untu apa Kafka dan kedua orang tua Irene ada di tempat ini?

Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya Zahra mendekati Kafka terlebih dahulu "Kaf" lirih Zahra memanggil nama suaminya

Kafka diam, dia tak menjawab panggilan Zahra "Kaf, aku, aku minta maaf.."

"Lo bisa diem nggak!" Kalimat yang terlontar dari Kafka itu sukses membungkam mulut Zahra, sebenarnya bukan karena kalimat, tapi karena nada suara Kafka yang terdengar amat dingin itu

Zahra masih terurai air mata "Tapi kaf.."

"Gue bilang diem!" Kali ini bukan hanya suara datar, namun Kafka membebtak Zahra sehingga membuat Zahra semakin banjir air mata

Kafka benar-benar kacau saat ini, ia tak mau berada di posisi menyulitkan seperti ini, apalagi hal ini menyangkut hidup mati Irene

Merasa cukup sakit dengan bentakan Kafka, Zahra beralih pada kedua orang tua Irene

"Tante.."

Mami Irene mendongak "Zahra.." wanita paruh baya itu langsung merengkuh tubuh Zahra. Dirinya sangat mengenal gadis berkerudung lebar itu

Zahra adalah seorang sosok sahabat yang selalu bisa menghibur dan menemani Irene dalam suka maupun duka

Ingin sekali Zahra menanyakan apa yang terjadi pada Irene, namun sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat ia harus menunggu semuanya membaik dan dokter keluar ruang IGD dengan kabar baik

"Ra, tante takut Ra, tante takut. Tante nggak mau Irene kenapa-napa, tante mau Irene baik-baik aja. Tante nggak mau kehilangan anak tante. Tante udah sering mengabaikain dia dan sibuk sama kerjaan tante, tante mau tuhan kasi waktu buat tante buat perbaiki semua. Tante nggak mau tuhan ambil Irene dari tante" Ruth (mami Irene) semakin terisak sehingga membuat Zahra jadi tambah sedih

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang