33. Wanita Murahan?

685 36 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

'Orang bilang, jodoh itu saling melengkapi. Apa kamu tau? Aku tidak pernah merasa seperti itu saat berada di sisimu. Aku merasa bahwa diri ini hanyalah beban yang akan menyulitkanmu'
Zahra Aryani-


Suasana rumah tampak sangat sepi kali ini. Tak ada suara televisi ataupun suara-suara lain yang mengisi

Hampir semua lampu di ruangan padam. Bukan karena mati listrik, namun hal itu memang sengaja di lakukan

Zahra sedikit takut dengan gelap, namun bagaimana dirinya bisa menyalakan lampu rumah jika kondisinya seperti ini?

Kafka tak suka jika lampu yang sudah ia matikan malah dinyalakan kembali. Apalagi kondisi laki-laki itu sedang kacau karena kehilangan sosok wanita yang ia cintai dan sudah bersamanya sejak SMP dulu

Zahra sendiri tidak sedang berada di kondisi yang baik-baik saja. Air matanya terus lolos begitu saja, siapa yang mau kehilangan sosok sahabat terbaiknya?

Bahkan duka yang dirasa oleh Zahra lebih dalam dari Kafka. Mengapa? Ya karena pertama ia merasaka duka karena kehilangan sosok sahabat dan yang kedua ia semakin bersedih karena menerima kenyataan bahwa suaminya lebih mengharapkan sahabatnya dan sangat mencintai gadis itu daripada dirinya

Sore tadi, jasad Irene yang kondisinya sangat tragis itu di makamkan di pemakaman

Zahra sempat jadi pusat perhatian para pelayat karena hanya dirinya lah yang menggunakan hijab, apalagi hijab yang ia kenakan lumayan lebar. Wajar saja, rumah Irene diisi oleh para pelayat yang seiman dengannya

"Ren..." Lirih Zahra "Kenapa tuhan panggil kamu secepat ini sih?" Tangis Zahra semakin pecah

"Sampai kapan mau terus-terusan namgis kayak gitu?" Zahra menoleh, remang-remang cahaya dari celah jendela ruang tengah membuatnya dapat melihat sosok Leo yang berdiri di sampingnya

Secepat mungkin Zahra menyeka air mata yang telah membanjiri pipinya

"Lo tau takdir tuhan kan? Bukannya itu ada dalam rukun iman ya? Terus kenapa seakan lo nggak percaya sama kenyataan?" Leo benar, dirinya lumayan mengerti tentang agama islam

Sejak sekolah dasar dia memang sering mengikuti jam belajar agma dikarenakan ia haya akrab dengan Kafka dan tak mau berpisah dengan sahabat karibnya itu, alhasil apapun yang dilakukan Kafka akan selalu ia ikuti, begitupun juga yang ia lakukan, maka kafka akan selalu mengikutinya pula

"Zahra percaya, tapi kenapa harus sekarang? Irene perempuan baik"

Leo menarik nafasnya "Justru karena dia orang baik, makannya tuhan panggil dia duluan. Mungkin emang tuhan nakdirin elo yang akan terus nemenin Kafka sampai maut misahin kalian"

Zahra tersentak, apa iya? Apa Kafka lah jodoh dunia akhirat yang telah Allah siapkan untuk dirinya?

"Semua masih panjang kan?"

Leo mengernyit "Kita nggak pernah tau apa yang bakal terjadi kedepannya" Zahra semakin tertunduk lesu

"Yaudah deh, kayaknya emang lo butuh waktu, gue pamit"

Setelah kepergian Leo, Zahra memberanikan diri untuk pergi ke kamar Kafka. Laki-laki itu belum makan seharian, Kafka merasa sangat kehilangan walaupun tak ada setetes pun air yang lolos dari pelupuk matanya

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang