بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
-•o•-
Tak terasa, hari libur yang cukup panjang sudah berlalu, saat ini adalah saat semua pelajar kembali ke aktivitasnya, begitu pula dengan Zahra
Sejak pagi, gadis itu sibuk menyiapkan perlengkapannya untuk tahun ajaran baru
Bayangkan saja, ia baru berbelanja kebutuhan sekolahnya satu hari sebelum sekolah di mulai
Mengapa? Jawabannya adalah Zahra lupa, ia terlalu asik menikmati kegiatan berberes rumahnya
Rumah? Ya, saat ini dirinya tak lagi tinggal di apartemen mewah milik Kafka
Kafka membeli rumah yang tak terlalu besar untuk dirinya dan Zahra. Jika ditanya mengapa, jawabanya karena Kafka malas jika harus berangkat kuliah dari apartemennya yang bisa memakan waktu tiga puluh menit itu, belum lagi jika terjadi kemacetan, sudah dipastikan ia akan terjebak hingga berjam-jam. Jika lebih dekat pasti juga lebih sebentar terjebak dalam kepadatan kendaraan itu
Awalnya Zahra kurang setuju, masalahnya sangat sulit mencari angkutan umum karena mereka tinggal di dalam komplek perumahan
Tak mungkin jika dirinya harus berjalan kaki dari rumah hingga gerbang masuk, di sana juga jarang ada angkutan umum
Namun semua itu sudah di fikirkan oleh Kafka. Seegoisnya dirinya, tak mungkin ia membiarkan Zahra berjalan kaki panas panasan
Taksi atau ojek online? Hal itu memakan terlalu banyak biaya. Tidak, kafka tidak ada masalah dengan biayanya. Namun yang ia khawatirkan adalah keselamatan Zahra, pasalnya jarak dari rumah barunya ke SMA PRIMA BANGSA juga lebih jauh daripada dari apartemennya. Apalagi saat ini sedang maraknya kejahatan di Indonesia
Keputusan finalnya adalah, Dodi lah yang mengantar jemput istrinya itu, lagipula pekerjaan Dodi juga sangat santai dan Dodi pula yang menyarankan dirinya, Kafka sudah sangat percaya dengan dirinya jadi ya begitulah
Zahra berjalan ke sana kemari, bukan tanpa sebab, namun ia lupa dimana dirinya meletakkan kartu identitas pelajarnya
Kartu identitas itu merupakan hal wajib bagi para siswa maupun siswi di SMA PRIMA BANGSA, ia tak bisa mengabsen apabila kartu itu tak ada, maka dirinya akan dinyatakan alpa. Tentu saja ia tak mau
"Ya Allah, Zahra taruh mana ya?" Zahra mulai panik, apalagi jam berangkat sekolahnya yang biasa sudah terlewat sepuluh menit, sudah pasti ia akan terjebak kemacetan parah
Ini adalah hari pertama, ia tak mau jika terlambat. Zahra tak punya prestasi di bidang akademik, oleh karena itulah ia berfikir, setidaknya ia harus jadi murid baik agar nilai rapornya tak terlalu buruk
Saat itu Zahra pernah sangat malu pada Kafka perihal nilainya yang berada di peringkat sangat jauh dengan Kafka. Laki-laki itu hanya bisa tertawa tanpa tau bagaimana perjuangan Zahra untuk mendapat nilai bagus, tapi memang kemampuan Zahra tak seperti Kafka
"Ngapain lo bolak-balik gitu? Nggak berangkat?" Zahra menoleh mendapati Kafka yang bersandar di ambang pintu kamarnya
"Kartu identitasku hilang" Zahra kembali sibuk mencari
"Oh" Kafka mengeluarkan smirik liciknya, ia merasa Zahra sangat lucu saat sedang kebingungan seperti itu
"Nggak ada niatan mau bantu?" Kafka menggeleng
"Nggak berangkat lo? Udah mau telat ni" Zahra tersadar, ia langsung berlari ke arah jendela kamar. Mobil yang dikendarai Dodi sudah terparkir rapi di jalan depan rumahnya

KAMU SEDANG MEMBACA
THE MUBRAM
Teen FictionHidup bukan hanya tentang bagaimana cara kita mencari suatu kebahagiaan. Hidup merupakan bagaimana kita singgah dan menerima titipan dari Allah dengan baik di dunia yang fana ini Apa yang di rasa baik, belum tentu baik untuk kita dan apa yang dirasa...