بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
-•o•-
المسلمُ أخو المسلمِ ، لا يَظْلِمُه ولا يُسْلِمُه ، ومَن كان في حاجةِ أخيه كان اللهُ في حاجتِه ، ومَن فرَّجَ عن مسلمٍ كربةً فرَّجَ اللهُ عنه كربةً مِن كُرُبَاتِ يومِ القيامةِ ، ومَن ستَرَ مسلمًا ستَرَه اللهُ يومَ القيامةِ
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh membiarkannya dalam bahaya. barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya sesama Muslim, maka Allah akan penuhi kebutuhannya. barangsiapa yang melepaskan saudaranya sesama Muslim dari satu kesulitan, maka Allah akan melepaskan ia dari satu kesulitan di hari kiamat. barangsiapa yang menutup aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kiamat”
HR. Al Bukhari-
Zahra melamun di kursi penumpang samping kemudi, fikirannya kosong saat ini. Tadi pagi ia bangun dan ternyata ia berada di kamarnya
Saat ini ia tak sendiri, ada Kafka di sampingnya, percayalah bahwa laki-laki itu mendadak jadi bersikap lebih baik kepada Zahra. Zahra sendiri pun jadi bingung akan hal itu
Tentang Leo yang berbaikan dengan Kafka, Zahra belum tau tentang hal itu. Yang jelas tadi pagi sempat terjadi perdebatan antara dirinya dan Kafka
Zahra ingin pulang ke kampung halaman dan bertemu dengan ibu serta saudara-saudara tirinya, namun Kafka enggan mengizinkannya, ia tak mau Zahra kembali terluka akan hal itu. Ia sudah muak dan serasa ingin muntah saat melihat kebaikan palsu Pratiwi di hadapannya
Empat jam sudah mereka habiskan hanya untuk mengantri di gerbang tol, wajar saja, banyak masyakat yang memilih mudik saat lebaran. Dan di hari raya ke dua ini antrian masih sangat panjang
"Shit!" Kafka memukul setirnya saat sudah kehabisan kesabaran karena macet yang tak kunjung usai
"Tau gini naik heli aja! Repot kan jadinya!"
Zahra menoleh sekilas "Udah, mobil aja cukup, aku udah ajakin naik bus tapi kamu nolak, ya gini nih jadinya" Tadi Zahra sempat heran pada Kafka karena saat berangkat tiba-tiba kafka membawanya ke basement dan mereka malah menaiki mobil pajero berwarna putih yang Zahra tak tau itu milik siapa. Tapi ternyata mobil itu milik kafka, terbukti dari stnk yang terletak di dashboard mobil tersebut
Soal trauma, sebenarnya Zahra merasa malu pada Kafka, namun Kafka sudah meyakinkannya bahwa hal itu terjadi bukan Karena Zahra, Kafka bisa menerima hal itu
"Gue males naik bus lagi, entar lo mabuk, nggak bisa selonjoran" ujar kafka
"Nggak perlu selonjoran, cukup bisa duduk aja udah enak"
"Ya kan kalo di bus elo nggak bisa leluasa"
"Terus, mobilnya mau di parkir dimana nanti?" Pertanyaan itu membuat Kafka menautkan kedua alisnya
"Ya di rumah lo lah" Jawab Kafka santai. Laki-laki itu bahkan belum tau bagaimana kondisi rumah Zahra dan kondisi jalan ke sana
"Entar mobil kamu rusak, di sana nggak ada garasi, jalannya juga susah, aku kan udah bilang tadi"
Kafka tampak berfikir sejenak "Yaudah, gue taruh di Villa aja, simple kan?"
Zahra terdiam sejenak, apa mungkin kendaraan berharga ratusan juta rupiah ini akan aman berada di Villa milik Kafka yang berada di desa?

KAMU SEDANG MEMBACA
THE MUBRAM
JugendliteraturHidup bukan hanya tentang bagaimana cara kita mencari suatu kebahagiaan. Hidup merupakan bagaimana kita singgah dan menerima titipan dari Allah dengan baik di dunia yang fana ini Apa yang di rasa baik, belum tentu baik untuk kita dan apa yang dirasa...