40. Si Pak Bos Itu

664 46 3
                                    


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

-•o•-

"Zahra!" Seruan itu membuat seluruh pengunjung toko menoleh. Dengan penampilan formalnya Nayla berdiri di ambang pintu, tentu saja senyum wanita itu selalu terpancar di wajahnya.

Nayla masuk dengan langkah kaki yang lumayan cepat dari biasanya. Hari ini dirinya tampak lebih bersemangat.

Senyumnya masih sama sampai di depan Zahra "Kenapa mba? Senyumnya kok lebar banget? Nggak biasanya, lagipula ini kan masih pagi, tumben udah datang? Biasanya kan jam makan siang" ujar Zahra apa adanya.

"Coba tebak, kenapa aku datang pagi begini?" Tentu saja Zahra dibuat bingung. Mana mungkin ia tau tujuan Nayla datang ke tokonya di pukul sembilan seperti ini.

Terbesit satu kalimat di otak Zahra. Bahkan Zahra merasa apa yang di kepalanya itu sudah benar "Si pak bos ngelamar mba Nayla ya?"

Pertanyaan itu membuat senyum lebar di wajah Nayla langsung hilang seketika. Nayla mendegus kesal karena jawaban yang di beri oleh Zahra itu "Kamu tu ya.. Jangan bikin aku makin halu deh. Jawaban kamu itu nggak elit loh!"

Rupanya Zahra salah, apa perkataannya itu telah menyakiti hati Nayla?

Tiba-tiba senyuman di wajah Nayla kembali merekah "Tapi omongan kamu boleh juga tuh. Semoga aja bener-bener kejadian. Omongan itu kan doa"

Terus saja lakukan itu. Itu harapan yang selalu hadir di setiap doa Nayla. Tampan, baik, hebat, pekerja keras, masih muda pula. Siapa yang tak akan tertarik dengan si bos yang sering ia sebut-sebut itu?

Walaupun umur bos nya itu berada jauh di bawah Nayla, tetap saja, kedewasaan seseoranh tak bisa di lihat dari umurnya. Itulah yang membuat Nayla menyukai bosnya yang mampu berfikir dewasa di usianya yang masih sangat muda itu.

Zahra hanya bisa mengucap hamdalah dalam hati karena salah satu langganan baiknya ini tak merasa tersakiti. Untung saja Nayla punya perasaan yang kuat. Buktinya, ia terus berjuang agar bos nya itu menyukai dirinya, padahal tak sedikitpun bos besar itu melirik padanya. Namun Nayla tetap kuat, ia yakin bahwa semua akan membuahkan hasil.

"Kesini mau beli kue?" Tana Zahra.

Nayla menggeleng pelan sehingga membiat Zahra menautkan kedua alisnya.

"Nih" Nayla menyodorkan sebuah amplop berwarna hitam.

"Apa ini" tentu saja Zahra menerimanya. Kertas itu sudah berpindah ke tangannya.

"Ya di buka lah, Ra" Zahra mengangguk.

"Undangan?"

Nayla menganggukkan kepalanya "Iya. Si pak bos ngadain acara makan malam antar rekan bisnis gitu, jadi dia nyuruh ngundang kamu deh"

Zahra melongo tak percaya "Seriusan mba? Tapi Zahra kan bukan rekan bisnisnya. Kenapa di undang?"

Spontan Nayla langsung menepuk dahinya "Ya tuhan! Kayaknya aku lupa kasih tau kamu deh"

"Jadi gini, mulai sekarang, si pak bos mau kamu itu kerjansama sama dia. Jadi setiap ada acara, pak bos mau pesen kue dari kamu. Kamu tau ra?" Tentu saja Zahra menggeleng. Ia tak tau apa-apa dan Nayla malah bertanya seperti itu.

"Mousse cake kemarin banyak di sukai sama tamu loh. Malah itu makanan yang paling cepet habis. Aku aja nggak kebagian loh"

Kalimat itu sukses membuat mata Zahra jadi berbinar. Ia tak menyangka kuenya akan di sukai oleh para tamu kalangan atas itu.

THE MUBRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang