"Hati itu sama seperti kayu, sama-sama rapuh."
~ Rintik hujan
"Morning langit." Sapa Rintik dengan mengimbangi langkah langit yang jauh lebih cepat di banding dengan dirinya. Langit tidak menghiraukan sapaan dari Rintik, ia terus berjalan dan menatap ke depan."Langit tau enggak hari ini hari apa?" Tanya Rintik, langit hanya melirik sekilas tanpa menjawab."Jawab dong langit, diem aja kayak patung. Enggak enak tau di kacangin." Ucap Rintik.
"Udah tau enggak enak di kacangin, masih aja ngomong." Jawab Langit. Rintik memanyunkan bibirnya." Langit itu kayak boneka sapi, nyebelin tapi ngangenin." Ucap Rintik.
"Sinting." Gumam Langit.
🌿🌿🌿
Rintik sedari tadi tidak fokus dengan pelajaran yang di jelaskan di depan. Ia terus memandangi Langit yang sedang berolahraga, lewat jendela." Kenapa sih lo jadi orang ganteng banget?" Gumam Rintik.
Savania menoleh ke arah Rintik, dia mengikuti arah pandang Rintik. Vani memutarkan bola matanya malas." Tiap hari Lo lihatin si langit mulu, enggak bosen tuh mata?" Tanya Vani.
Rintik menoleh ke Vani." Enggak akan pernah bosen yang ada kalo gue enggak lihatin dia sehariiii aja, rasanya tuh kangen banget. Kayak nggak pernah ketemu seabad." Jawab Rintik.
Vani mencebikan bibirnya." Dasar bucin tingkat dewa." Cibir Vani. Rintik tidak menghiraukannya ia masih fokus memandangi Langit.
Brakkk!
Meja Rintik dan Vani di gebrak oleh Bu Siti. Vani yang melihat itu memejamkan matanya takut. Sedangkan Rintik menampilkan wajah santainya." Kenapa Bu?" Tanya Rintik.
"Kenapa?! kamu bilang?! RINTIK HUJAN CAPELLA! SEKARANG JUGA KAMU KELUAR DARI JAM SAYA!" Pekik Bu Siti yang melengking, membuat semua murid menutup telinganya.
Rintik menganggukkan kepalanya lalu memasukkan bukunya ke dalam tas. Rintik beranjak dari kursinya." Makasih ya Bu atas jam istirahat saya yang di percepat." Ucap Rintik lalu berjalan keluar kelas.
Bu Siti menggelengkan kepalanya lalu menatap tajam ke semua murid yang ada di kelas." Apa yang kalian lihat?! Cepat kerjakan tugas di depan!" Semua murid yang ada di kelas pura-pura mengerjakan soal agar tidak di suruh ke depan.
🌿🌿🌿
Rintik menunggu di pinggir lapangan dengan dua botol air mineral yang ia siapkan untuk Langit dan dirinya. Karena kehausan akhirnya Rintik meminum salah satu air mineralnya. Saat langit dan teman-temannya selesai latihan basket, Rintik berlari menghampiri Langit.
Rintik menyodorkan air mineralnya ke Langit, tenyata juga ada cewek yang memberi air minuman yang sama untuk Langit. Bernama, Titania Winata. Langit menatap keduanya bergantian. Rintik berharap jika langit akan menerima air darinya. Tetapi nasib baik tak berpihak kepada Rintik, ternyata Langit malah menerima air dari Tania.
Rintik menghela nafas, ia menarik kembali tangannya." Nih Fin, buat lo aja." Rintik memberikan air mineralnya ke Fino. Fino menerima." Thanks Rin." Ucap Fino. Rintik mengangguk lalu berlari pergi meninggalkan lapangan.
Vani yang memperlihatkan Rintik sedari tadi menghela nafas, Rintik tidak pernah mau mendengarnya untuk tidak mengejar-ngejar Langit." Kenapa? Pemberian lo di tolak lagi sama langit?" Tanya Vani.
Rintik mengangguk lemah. Vani menatap kesal ke arah Langit." Sombong amat sih tuh cowok! Mentang-mentang ganteng seenaknya jidat! Apa susahnya sih nerima air dari lo. Daripada air dari Tania yang ada peletnya." Gerutu Vani.
"Udah lah Van, mungkin Langit emang nggak mau nerima dan lebih milih air dari Tania." Ucap Rintik.
"Lo juga, jadi cewek kok bego benget sih. Dia aja nggak mau deket sama lo, bahkan nerima barang dari lo aja dia nggak mau. Jadi kali ini dengerin gue ya Rintik hujan Capella. Tolong lo berhenti ngejar-ngejar cowok itu! Ngerti?!" Tegas Vani.
Rintik menggelengkan kepalanya." Gue nggak mau, sebelum gue dapetin dia. Gue nggak mau berhenti merjuangin dia. Titik nggak pakek koma!" Jawab Rintik.
"Serah lu lah, capek gue nasehatin lu mulu." Ujar Vani.
🌿🌿🌿
"LANGIT!" Teriak Rintik. Rintik berlari menghampiri Langit. Langit menatap jengah Rintik, sampai kapan Rintik akan mengejarnya? Pikir Langit.
"Rintik pulang bareng langit ya." Ujar Rintik dengan menunjukkan senyum termanis.
"Enggak!" Jawab Langit singkat. Rintik mengerucutkan bibirnya sebal. Langit selalu saja menolak pulang dengannya." Pliss kali ini aja, Rintik cuma mau pulang bareng Langit. Ya langit ya?" Rintik menyatukan kedua telapak tangannya.
Tiba-tiba Tania datang dengan menunjukkan senyum di bibirnya." Langit gue nebeng lu ya, supir gue enggak jadi jemput." Ucap Tania.
Langit menganggukkan kepalanya." Ayo." Ajak Langit. Tania tersenyum senang lalu berjalan mengikuti Langit.
Rintik tersenyum masam." Lo lebih milih pulang bareng Tania daripada gue. Seburuk itukah gue di mata lo, Lang?" Batin Rintik.
Bersambung…
Jangan lupa vote and coment nya
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...