" sedikit saja kau tidak pernah menganggap ku ada."
~ Rintik hujan
Rintik melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah namun tidak sengaja pandangnya jatuh ke dua orang. Pria paruh baya dan cewek seumurannya. Rintik mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya memutih. Rahangnya mengeras. Rintik langsung berlari, dia tidak mau hilang kendali jika lama-lama melihat mereka.
Rintik berlari menuju taman belakang sekolah. Rintik bersandar di bawah pohon. Rintik mengusap wajahnya kasar, lalu tangannya menonjok pohon tersebut."Bangsat!"
Darah segar mulai mengalir di punggung tangan Rintik. Rasa sakit di tangannya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Mata Rintik memanas, nafas Rintik memburu." Gue benci!" Pekik Rintik dan kembali menonjok pohon yang tak bersalah.
"RINTIK STOP!" Teriak Vani. Vani sudah curiga kenapa raut wajah Rintik berbeda jadi ia mengikuti Rintik dari belakang dan benar dugaannya. Rintik pasti melampiaskan kemarahannya. Vani berlari menghampiri Rintik.
"Apa yang udah lo lakuin hah! Lo pikir dengan semua ini! Perasaan lo jadi lebih tenang?! Lo lihat! Tangan lo terluka! Lo mau bikin bunda lo khawatir dengan keadaan lo yang kayak gini?!" Bentak Vani.
"Lo nggak tau gimana perasaan gue saat ini! Lebih baik lo pergi! Gue nggak mau di ganggu!" Usir Rintik.
"Gue emang nggak tau gimana perasaan lo! Tapi coba lo pikir! Apa dengan lo ngelampiasin kemarahan lo kayak gini! Bisa membuat beban pikiran lo berkurang?! Rintik dengerin gue, masih banyak orang yang peduli sama lo. Jangan bertindak bodoh!" Ucap Vani lalu pergi meninggalkan Rintik yang masih mematung di tempat.
🌿🌿🌿
"Gue boleh duduk di sini nggak?" Ijin Tania. Semua teman Langit menolehkan kepalanya sedangkan Fino menatap malas ke Tania lalu memalingkan wajahnya.
"Boleh, duduk aja." Jawab Zidan.
Tania dengan senang hati langsung duduk di sebelah Langit. Tania tersenyum manis ketika melihat Langit yang sedang memainkan ponselnya." Langit, lo besok bisa anterin gue enggak?" Tanya Tania.
"Bisa." Jawab Langit.
Senyum di wajah Tania semakin merekah." Makasih ya Lang." Ucap Tania lalu beranjak pergi meninggalkan mereka.
Fino menatap datar ke arah Langit." Lo suka sama Tania?" Tanya Fino. Langit mengangkat bahunya tak tau.
Fino menghela nafas." Kalo lo emang suka sama Tania berhenti kasih harapan ke Rintik." Ujar Fino.
Langit mengerutkan dahinya." Gue nggak pernah kasih dia harapan, dia aja yang ngejar-ngejar gue." Jawab Langit.
"Cewek nggak akan ngejar cowok kalo cowoknya itu nggak ngasih dia harapan. Kalo lo emang nggak suka sama Rintik, Lo bilang sama dia. Masih ada cowok yang suka sama dia." Ujar Fino lalu pergi meninggalkan Langit yang masih mencerna perkataan Fino.
" Fino suka sama Rintik?" Batin Langit.
🌿🌿🌿
Rintik menatap tajam ke dua sejoli yang tengah bercanda ria di pinggir lapangan. Tangannya mengepal." Sampai kapan? Gue harus pura-pura bahagia kayak gini?" Batin Rintik.
"Oii." Seseorang menepuk pundak Rintik. Rintik mengendorkan kepalannya dan menatap Fino, yah orang yang di maksud adalah Fino.
"Lo cemburu ya? Lihat Langit sama Tania kayak gitu?" Tanya Fino dengan menatap ke arah Langit dan Tania.
Rintik berusaha menormalkan raut wajahnya agar tidak terlihat cemburu." Eng-nggak kok." Jawab Rintik gugup.
Fino terkekeh." Gue tau kali, kalo lo itu lagi cemburu. Gue juga pernah ngalamin." Ucap Fino.
"Lo pernah cemburu? Sama siapa? Kok lo bisa cemburu sama dia? Emang dia pacar Lo?" Tanya Rintik beruntun.
"Nanyanya satu-satu ngapa, gue bingung harus jawab yang mana dulu." Ucap Fino.
"Ya udah jawab aja semuanya." Sahut Rintik.
"Gue pernah suka sama seseorang tapi dia malah lagi merjuangin cowok lain." Ucap Fino.
"Oh sadboy." Sahut Rintik dengan wajah prihatin.
Fino terkekeh pelan." Nasib gue sebelas dua belas lah sama lo. Lo lagi ngejar-ngejar cowok yang nggak suka sama lo dan gue lagi mencintai seseorang yang mencintai cowok lain." Ucap Fino.
Rintik mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan jari telunjuknya, seperti tengah berfikir." Bener juga ya omongan Lo, kita itu senasib seperjuangan. Tos dulu dong Bosque." Ucap Rintik lalu bertos ria dengan Fino. Fino terkekeh lalu mengacak-acak rambut Rintik.
Kejadian itu tidak luput dari pandangan Langit. Entah kenapa? Ia tidak suka jika ada cowok yang dekat dengan Rintik padahal jika Rintik dekat dengannya selalu di usir dengan kata-kata pedas. Emang Dasar Langit!
Tania mengerutkan dahinya." Lo kenapa, Lang?" Tanya Tania.
Langit terhenyak lalu kembali menatap Tania." Gue nggak papa." Jawab Langit. Tania menganggukkan kepalanya paham." Besok jadi kan?" Tanya Tania.
"Jadi." Jawab Langit.
"Oke besok jangan lupa jemput gue ya, kalo sampe lo lupa. Gue tebas leher lu." Canda Tania. Langit terkekeh lalu mengacak-acak rambut Tania.
Bersambung…
Jangan lupa vote and coment nya
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...