Rintik hujan 11

15.4K 1.1K 110
                                    

"dengan melihat sikapmu, aku tidak yakin bisa memilikimu."

~ Rintik hujan

Matahari yang menyengat membuat sebagian murid yang sedang berolahraga mengeluh kesah. Kini kelas Rintik sedang berolahraga, bukan hanya kelas Rintik saja tetapi kelas Langit dan Tania juga.

Rintik menoleh ke arah Vani yang sedang senyum-senyum sendiri. Rintik mengikuti arah pandang Vani." Cowok itu siapa?" Batin Rintik.

"Lihatin siapa sih Van?" Tanya Rintik.

"Lihatin pacar gue yang gantengnya pakek banget." Jawab Vani tanpa melirik ke arah Rintik. Rintik mengernyitkan dahinya." Sejak kapan ada cowok yang mau sama Vani?" Batin Rintik.

"Kapan lo pacarannya? Kok lo nggak pernah cerita sama gue? Wah bener-bener lo Savania, tega bet lo amat sahabat sendiri. Gue kutuk lo jadi gorengan." Cerocos Rintik.

Vani memutarkan bola matanya." Sejak kapan? Lo kepo ama kehidupan percintaan gue? Bukannya lo selalu bodo pak mamat." Tanya Vani. Rintik menyengir tak jelas.

Arah pandang Rintik mengikuti bola yang sedang melayang di udara. Rintik melebarkan matanya, bola itu mengarah ke arah Tania yang sedang bercanda ria dengan teman-temannya. Sontak Rintik berlari melindungi Tania agar tak kena bola tersebut.

Bugh!

Bola tersebut tepat mengenai lengan Rintik. Rintik memejamkan matanya merasakan sakit di lengannya. Tania mematung di tempat. Semua murid mengalihkan pandangannya ke arah mereka berdua. Langit yang melihat itu langsung berlari menghampiri mereka atau lebih tepatnya menghampiri Tania." Lo nggak papa?" Tanya Langit kepada Tania. Tania menggelengkan kepalanya.

Rintik yang melihat itu merasakan sesak di dadanya. Apakah Langit tidak mengkhawatirkan keadaannya? Sudah jelas-jelas jika yang kena bola adalah Rintik bukan Tania, tapi kenapa malah Langit lebih mengkhawatirkan Tania. Di sini Rintik yang terluka, bukan hanya fisik tetapi batin juga. Mata Rintik memanas, hatinya sakit.

"Lo nggak papa Rin? Gue anter ke UKS." Ucap Fino yang membuyarkan lamunan Rintik. Rintik dapat melihat jelas kekhawatiran di sorot mata Fino. Kenapa kekhawatiran itu tidak terjadi ke Langit?

"Gue bisa sendiri!" Ujar Rintik lalu melenggang pergi. Rintik tidak bermaksud untuk menolak kebaikan Fino, ia tidak mau jika ada orang yang melihat air matanya.

Langit menatap nanar punggung Rintik yang mulai menghilang. Ada rasa bersalah di dalam hatinya, ia tahu jika Rintik pasti kesakitan akibat benturan bola itu. Tapi apa boleh buat, ego mengalahkan semuanya." Maafin gue Rin..."

🌿🌿🌿

Rintik meringis kesakitan ketika ia mengobati lengannya yang memar akibat bola. Pikirannya masih melayang mengingat kejadian di lapangan tadi. Langit sama sekali tidak peduli dengannya! Langit lebih peduli ke Tania yang jelas-jelas tidak apa-apa. Satu butir air mata menetes dari pelupuk matanya dengan segera Rintik menghapus air matanya." Gue nggak boleh nangis!" Gumam Rintik.

"Gue obatin luka lo!" Suara berat dan terkesan dingin, membuat Rintik terhenyak. Rintik menolehkan kepalanya, disana ia mendapati langit yang sedang menatapnya datar seperti biasanya.

Rintik berusaha untuk tidak baper." Rintik bisa sendiri! Langit nggak usah sok peduli! Jangan buat Rintik berharap lagi sama Langit! Langit itu sama kayak gula, manisnya cuma bikin sakit aja!" Ketus Rintik.

Langit menghela nafas." Nggak usah kege-eran! Gue obatin luka lo, karna lo udah lindungin sahabat gue!" Sahut Langit tak kalah ketusnya.

Ucapan Langit malah membuat hati Rintik semakin hancur. Tak sadarkah Langit, jika ucapannya bisa membuat hati seseorang terluka? Rintik memalingkan wajahnya, ia tidak mau hatinya semakin hancur ketika melihat Langit.

Langit duduk di samping Rintik. Tangannya mengambil alih kain yang Rintik gunakan untuk mengompres luka memarnya. Rintik masih setia memandangi Langit yang dengan telaten mengompres luka Rintik. Ia tersenyum kecut." Sampai kapan?" Tanya Rintik.

Langit menatap Rintik dengan mengangkat satu alisnya." Maksudnya?" Tanya balik Langit.

Rintik menghela nafas." Langit selalu menerbangkan hati Rintik lalu menjatuhkannya tanpa rasa bersalah."

🌿🌿🌿

"Ngapain lo di sini? Inikan bukan sekolah lo?" Tanya Rintik ketika melihat Elang yang sedang duduk di halte bersamanya.

"Emang salah ya? Berkunjung ke sekolah calon pacar?" Tanya Elang. Rintik membulatkan matanya." Calon pacar?!"

"Iya, lo kan calon pacar gue." Jawab Elang.

Rintik mencebikan bibirnya." Dih! Gue ogah pacaran sama lo, cari aja sono cewek lain. Atau mau gue cariin?" Tawar Rintik.

"Ngapain harus nyari? Kan jodoh gue udah ada di depan mata. Bener kan? honey?" Goda Elang dengan menaik-turunkan alisnya.

Rintik bergidik jijik ketika ucapan Elang yang terakhir. Enak saja dia memanggil Rintik dengan kata Honey, kalau bukan orang sudah pasti Rintik akan tendang Elang sekarang juga.

Elang beranjak lalu menggenggam tangan Rintik dengan seenaknya jidat." Ayo! Gue anter lo pulang dengan selamat. Gue nggak mau terjadi apa-apa sama jodoh gue." Ucap Elang. Elang menarik tangan Rintik tetapi sebuah tangan kekar mencegahnya, ternyata itu adalah Langit. Langit dengan kasar melepaskan genggaman antara Elang dan Rintik.

"Jangan sentuh milik gue!"

Langit menarik tangan Rintik meninggalkan Elang yang masih bingung. Rintik meronta-ronta." Langit lepasin! Langit mau bawa Rintik kemana?! Rintik mau pulang sama Elang!" Pekik Rintik.

Mendengar ucapan terakhir Rintik membuat Langit melepaskan cekalannya. Langit menatap tajam ke arah Rintik." Kenapa?! Karena dia cowok lo?!" Bentak Langit.

Rintik terhenyak mendengar bentakan Langit. Ia menundukkan kepalanya takut." Rintik nggak pacaran sama Elang, Rintik cuma mau pulang. Mobil Rintik masih di bengkel." Jawab Rintik.

Ada sedikit perasaan lega mendengar jika Rintik dan cowok itu tidak berpacaran." Lo bisa pulang bareng gue." Ujar Langit.

"Nggak perlu, lagian Elang juga masih di sana. Rintik mau pulang bareng Elang aja." Sahut Rintik yang membuat Langit semakin marah.

Langit menatap tajam ke arah Rintik. Sorot matanya menjelaskan ketidaksukaan dengan kalimat yang di ucapkan Rintik."Gue nggak ijinin lo pulang bareng cowok itu!" Ujar Langit.

Rintik memalingkan wajahnya, dia tidak berani menatap wajah Langit."Rintik nggak perlu ijin dari Langit. Langit bukan siapa-siapa Rintik jadi langit nggak usah ikut campur urusan Rintik!" Sahut Rintik.

"Mulai sekarang lo pacar gue!"









Bersambung…

Jangan lupa vote and coment!
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang