Setapak demi setapak Rintik mulai menyelusuri koridor yang nampak seperti karena ini masih jam pelajaran, biasa lah Rintik jika malas belajar pasti dia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang menurutnya nyaman. Di tengah jalan ia tak sengaja berpapasan dengan Tania, kini Tania hanya sendirian bukan sama Langit. Rintik hanya melirik sekilas lalu kembali melanjutkan langkahnya.
"Rintik tunggu!" Teriak Tania. Tania mencekal pergelangan tangan Rintik." Gue mau ngomong sama Lo."
Rintik dengan kasar menghempaskan tangan Tania." Nggak perlu!" Rintik kembali melanjutkan langkahnya tetapi teriakan Tania membuat langkahnya terhenti.
"Gue rela kok mutusin Langit kalo itu bisa membuat lo kembali seperti dulu!" Teriak Tania.
Rintik membalikkan badannya menghadap Tania. Ia tersenyum miring." Buat apa? Semuanya udah percuma, nggak akan bisa kembali kayak dulu." Ujar Rintik.
"Gue tau kok semuanya nggak akan sama lagi. Gue rela ngelepasin Langit kalo itu bisa membuat lo bahagia lagi." Ucap Tania.
Rintik tertawa renyah." Bahagia? Udah percuma kali. Lo sendiri yang udah renggut kebahagiaan gue, dan sekarang lo mau kembaliin semuanya yang udah lo hancurin? Basi tau nggak?! Sesuatu yang udah hancur mau lo apain juga bentuknya nggak mungkin sama seperti semula." Ucap Rintik, Tania diam dan menundukkan kepala.
"Nggak usah sok baik, Tan. Seakan-akan lo itu makhluk paling mulia yang rela melepaskan barang berharganya demi kebahagiaan orang lain. Lo udah capek-capek hancurin hubungan gue sama Langit kenapa sekarang lo lepasin semuanya dengan mudah? Lo ngerasa bersalah sama gue?" Tanya Rintik.
"Gue minta maaf sama lo. Gue tau Lo cuma bahagia di samping Langit. Gue cuma mau kembaliin sumber kebahagiaan lo." Ujar Tania.
"Yah, gue emang bahagia sama Langit tapi Langit nggak bahagia sama gue. Dia cuma bahagia sama lo, dan gue udah ikhlasin semuanya. Cinta nggak harus memiliki, kalo Langit bahagianya bukan sama gue, gue bisa apa?"
"Langit rela mutusin gue buat lo, seharusnya lo bersyukur. Lo seharusnya perjuangin hubungan lo sama langit, nggak usah mikirin gue. Lama kelamaan gue juga bisa lupain semuanya kok."
"Gue minta tolong sama lo." Ucap Rintik.
Tania mengernyitkan dahinya." Minta tolong apa?"
Rintik menepuk pelan pundak Tania sembari tersenyum." Bahagiain Langit, Tan. Selama ini dia nggak bahagia sama gue." Setelah mengucapkan itu Rintik langsung melenggang pergi meninggalkan Tania yang masih mematung di tempat.
🌿🌿🌿
"Gue denger denger sih cewek murahan itu di putusin ya sama langit?" Sindir Dhisya. Rintik hanya melirik sekilas lalu kembali melanjutkan langkahnya bersama Vani.
"Kasian banget sih ya, pacar yang selama ini dia bangga banggain eh ternyata malah milih Tania daripada dia. Emang sih ya kalo barang murahan nggak cocok sama berlian." Sindir Dhisya yang di sertai dengan tawanya.
"Bener tuh." Sahut salah satu temen Dhisya.
"Wajar aja sih dia murahan, nyokap nya juga murahan kali. Buktinya bokap dia selama ini nggak pernah ada, atau jangan-jangan dia itu anak haram lagi." Ucap Dhisya.
Tangan Rintik terkepal kuat, ia tidak terima jika ada yang menjelekkan Bundanya." Ngomong apa lo tadi?" Tanya Rintik berusaha memendam emosinya.
Dhisya tersenyum mengejek." Gue bilang kalo lo sama nyokap lo murahan, kenapa nggak terima. Itu kan Fakta."
Plakk!
Rintik menampar pipi sebelah kanan Dhisya." Itu buat lo yang udah hina nyokap gue!"
Plakk!
Rintik kembali menampar pipi sebelah kiri Dhisya." Itu buat lo yang udah hina gue murahan!"
Bugh!
Rintik menonjok wajah Dhisya. Dhisya meringis kesakitan karena bibirnya sedikit sobek." Itu buat mulut lo yang kayak sampah!"
Mereka kini sudah menjadi pusat perhatian. Bahkan ada yang memvideo. Vani berusaha memberhentikan Rintik tetapi jika menyangkut orang tersayang Rintik sudah pasti hilang kendali.
Bugh!
Rintik menonjok perut Dhisya dan membuat Dhisya tersungkur di lantai." Itu buat lo yang udah nuduh gue anak haram!"
Bugh!
Kali ini pukulan Rintik tidak mengenai Dhisya melainkan mengenai Tania. Rintik tidak tau kapan Tania ada di depannya." TANIA!" Jerit semua orang ketiga melihat Tania terjatuh pingsan.
Langit menghampiri Tania dan langsung menggendong Tania ala bridal style. Langit menatap tajam ke arah Rintik lalu melenggang pergi.
🌿🌿🌿
Ruangan yang penuh dengan bau obat-obatan. Membuat Rintik risih di ruangan ini apalagi terdapat Langit. Yah dia harus bertanggung jawab karena tidak sengaja memukul Tania. Rintik memutuskan untuk menemani Tania di UKS. Tapi Tania belum sadar juga, jadilah keadaan hening antara dirinya dan Langit.
"Kenapa lo pukul Tania?" Tanya Langit memecah keheningan.
Rintik hanya melirik sekilas ke arah Langit."Nggak sengaja!" Ketus Rintik. Jujur ia masih sakit hati mengingat perbuatan Langit kepadanya.
"Lain kali hati-hati!" Ucap Langit. Ntah itu untuk menegur Rintik atau menasehati Rintik.
"Hmm."
Rintik serasa tidak betah berlama-lama di sini. Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan Langit tetapi langkahnya berhenti ketika mendengar suara bariton Langit." Mau kemana lo?"
Rintik hanya diam tidak membalikkan badannya." Bukan urusan Lo!" Rintik kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan UKS.
Langit menatap nanar punggung Rintik yang mulai menghilang dari pandangannya." Jadi gini rasanya di cuekin?" Batin Langit.
Bersambung…
Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...