Rintik hujan 25

15.5K 1K 221
                                    

Rintik menelan ludahnya kasar melihat Bu Ningsih yang menatapnya horor. Sudah di pastikan bahwa ia akan di marahi habis-habisan oleh Bu Ningsih. Dia hanya sendirian sedangkan Dhisya dibawa ke rumah sakit akibat pukulan Rintik. Rintik juga heran, padahal ia memukul Dhisya pelan tapi kok di bawa ke rumah sakit ya?

Brakkk!

Rintik meringis mendengar gebrakan Bu Ningsih." Kamu lagi?! Kamu lagi?! Kenapa sih?! Kamu itu selalu buat masalah di sekolah!" Bentak Bu Ningsih.

"Habisnya sekolah suka cari masalah sama saya, jadi saya ya suka cari masalah sama sekolah. Nggak salah kan Bu?" Tanya Rintik.

Bu Ningsih geram mendengar jawaban Rintik."Nggak salah?! Nggak salah?! Saya tuh pusing mikirin kamu! Setiap hari ada aja masalahnya! Nggak bisa diem apa?! Coba kamu berlaku selayaknya siswi lainnya!"

" Lah selama ini gue nggak kayak siswi? Gue kayak siswa gitu?" Batin Rintik.

"Maaf Bu." Ucap Rintik dengan menundukkan kepala. Bu Ningsih menghela nafas berat lalu menyodorkan sebuah surat ke Rintik." Kasih ini sama orang tua kamu."

Rintik mengambil kertas itu dengan malas." Ya udah Bu, kalo gitu saya permisi." Rintik keluar dari kelas tatapannya masih terpaku di surat itu." Surat panggilan, Bunda marah nggak ya?" Gumam Rintik.

Karena tidak memperhatikan jalan, Rintik tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang." Sorry gue nggak sengaja." Rintik membulatkan matanya mendengar suara itu, suara yang selama ini ia rindukan.

Langit menatap kertas milik Rintik." Surat panggilan?" Batin Langit. Rintik merebut paksa kertas itu lalu melenggang pergi meninggalkan Langit.

🌿🌿🌿

"Nih Bunda." Rintik menyodorkan surat panggilan tersebut ke bundanya. Bunda Rintik mengerutkan dahinya." Ini apa?" Tanyanya.

"Surat panggilan dari sekolah." Ucap Rintik dengan menunjukkan deretan giginya.

"Kamu buat masalah apa?"

"Rintik mukulin temen seangkatan Rintik Bun. Tapi Rintik mukulin dia karena dia udah hina Bunda. Rintik nggak terima siapa pun ngehina orang yang paling Rintik sayang. Maaf Bunda." Rintik menjewer kedua telinganya sendiri.

Bunda Rintik tersenyum lalu mengusap lembut rambut Rintik." Ya udah nggak papa, sana tidur ini udah malam loh." Rintik mengangguk dan berjalan menuju kamarnya

🌿🌿🌿

Langit termenung di balkon kamarnya. Pikirannya penuh dengan Rintik. Sikap Rintik yang berubah terhadapnya membuat Langit selalu kepikiran. Bukannya ini adalah maunya, supaya Rintik menjauh darinya. Tapi kenapa setelah Rintik mulai menjauh darinya, ia malah merasa sesuatu yang hilang dari hidupnya.

Langit membuka ponselnya, di sana ia melihat foto Rintik. Tanpa sadar bibirnya membentuk sebuah lengkungan." Sikap lo yang dulu buat gue kangen." Gumam Langit.

Tangannya beralih mengambil surat dari Rintik, surat yang pernah ia buang dulu. Langit membaca tulisan itu kembali, meskipun surat tersebut sedikit lusuh karenanya.

Dear Langit

Hai Langit, maaf ya Rintik numpang nyelipin kertas ini di buku fisika Langit. Habisnya kalo Rintik kasih langsung, Langit pasti selalu membuangnya. Rintik cuma mau bilang kalo Rintik tuh sayang banget sama Langit, meskipun Langit enggak pernah nganggap Rintik ada. Tapi nggak papa kok, setidaknya Rintik pernah ngerasain yang namanya cinta walau yang Rintik rasain tuh cinta sendirian.

Rintik yakin suatu saat nanti pasti Langit akan buka hati buat Rintik. Mungkin saat ini hati Langit belum ke buka buat Rintik, tapi Rintik akan berusaha mencari kunci untuk membuka hati Langit. Langit itu satu-satunya cowok yang paling sempurna di mata Rintik, dan Rintik itu cewek yang paling nggak punya harga diri di mata Langit. Langit nggak papa kok nilai kalo Rintik tuh murahan, tapi Langit harus ingat kalo suatu saat nanti yang bakal ngisi hati Langit tuh cuma Rintik. Rintik akan buktiin itu!

From

Rintik hujan Capella

Membaca isi surat tersebut membuat Langit tersenyum." Gue kangen lo yang dulu, Rin." Batin Langit.

🌿🌿🌿

Rintik menggandeng tangan Bundanya menuju ruang kepala sekolah. Awalnya Rintik ragu-ragu untuk memberikan surat panggilan tersebut ke bundanya, tapi mendengar tanggapan dari Bundanya membuatnya berani.

"Nanti kalo ada yang ngomong jelek-jelek tentang Rintik, bunda nggak usah dengerin apalagi percaya karena semuanya itu omong kosong nggak ada yang benar." Ucap Rintik.

"Iya."

"Rintik tuh salah satu siswi terbaik di sekolah ini, jadi banyak orang yang sirik sama Rintik. Mereka semua jelek-jelekin Rintik tapi Bunda nggak usah percaya ya." Ucap Rintik.

"Iya."

"Satu lagi Bunda, bunda tutup telinga aja pas gurunya ngomong. Nanti telinga bunda bisa sakit kalo denger ceramah dari guru. Ya Bunda ya."

"Iya Rintik."

Saat mereka berjalan menuju ruang kepala sekolah mereka tidak sengaja berpapasan oleh seorang pria paruh baya. Rintik mengepalkan tangannya melihat siapa yang berpapasan dengannya. Orang itu adalah alasan Rintik tidak pernah percaya dengan seorang cowok, di tambah lagi dengan Langit yang telah mengkhianatinya. Membuat Rintik menganggap bahwa semua cowok itu sama aja.

"Billa..." Ucapnya.

"A-alfa..." Ucap Bunda Rintik.

" Jadi nama ayah aku, Alfa?" Batin Rintik.











Bersambung…

Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang