"Lo ngapain nyuruh gue kesini?"
Rintik mendudukkan dirinya di samping Tania. Ia pun kenapa Tania memanggil nya kesini lewat perantara salah satu teman sekelasnya.
Tania menatap manik mata Rintik, seolah ingin meminta sesuatu." Gue minta tolong sama lo. Gue harap lo bisa kabulin permintaan gue."
Rintik mengerutkan keningnya." Minta tolong apa?"
Tania menarik nafasnya sejenak." Nanti sepulang sekolah, papah sama nenek mau ke rumah lo. Papah mau minta maaf sama lo dan nyokap lo. Gue takut kalo papah ninggalin gue sama mamah gue demi lo dan nyokap lo." Lirihnya.
"Kenapa lo bisa berfikiran kayak gitu?" Tanya Rintik.
"Selama ini ternyata papah sama mamah gue nikah bukan karena cinta, tapi karena keterpaksaan. Papah kandung gue minta tolong sama ayah lo buat nikahin mamah gue karena waktu itu mamah gue lagi hamil. Bertahun-tahun gue di bohongi sama keluarga gue sendiri, semua kebahagiaan yang gue rasain itu palsu! Gue nggak pernah nyangka kalo hidup gue bakal kayak gini. Maafin gue karna gue egois."
Rintik menyeka air matanya agar tidak lolos."Lo nggak perlu minta maaf, lo sama gue sama-sama korban di sini. Gue juga nggak pernah berharap kalo papah Lo itu adalah ayah gue, karena sejujurnya. Gue nggak pengen berbagi ayah."
"Gue ngerti perasaan, Rin. Gue mohon sama lo buat bersikap seolah-olah kalo lo itu benci sama papah. Gue takut kalo lo bersikap baik sama papah. Papah jadi milih lo, anak kandungnya daripada gue anak tirinya." Ucap Tania.
"Gue nggak bisa benci sama ayah, Tan. Karna gimanapun dia itu ayah gue, orang yang selama ini gue tungguin." Batin Rintik.
Rintik menggenggam tangan Tania." Tanpa lo suruh, gue juga udah benci sama ayah gue sendiri. Lo nggak perlu khawatir kalo ayah lebih milih gue daripada Lo. Karna itu sesuatu yang mustahil. Gue yakin ayah lebih milih lo daripada gue. Meskipun lo bukan anak kandungnya, tapi lo anak yang selalu ada buat ayah. Lo selama ini yang selalu dampingi ayah sedangkan gue, gue nggak pernah ada buat ayah."
Tania berhamburan memeluk Rintik dan menangis sesenggukan." Makasih Rin. Gue seneng bisa ketemu orang kayak Lo."
Rintik membalas pelukan Tania. Ia tersenyum miris." Gue akan lakuin apa aja, agar bisa buat orang bahagia. Meskipun kebahagiaan gue jadi taruhannya." Batin Rintik.
🌿🌿🌿
Rintik melamun memikirkan kata-katanya tadi, apa bisa ia membenci ayahnya sendiri? Tapi melihat Tania seperti itu, membuatnya merasa sedih. Ia juga bisa merasakan apa yang Tania rasakan, Tania sudah terlanjur bahagia dengan keluarga kecilnya. Rintik juga sudah bahagia meskipun hanya bersama Bundanya.
"ARGH!"
Teriak Rintik sembari membanting bukunya. Teman kelasnya menatap ke arahnya dengan tatapan heran. Rintik menutup mulutnya." Ups!" Dia tidak berfikir dulu sebelum berteriak.
Rintik menggaruk tengkuknya." Sorry, gue keceplosan tadi. Lanjutin lanjutin, gue nggak akan teriak lagi kok." Ucap Rintik. Teman kelasnya kembali melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda.
Rintik menghela nafas lega. Ia kembali duduk di kursinya.
🌿🌿🌿
Rintik membuka pintu rumahnya." BUNDA, RINTIK PU---" Teriakan Rintik terpotong kala melihat ruang tamunya yang ramai. Ternyata benar kata Tania, ayah dan nenek berkunjung ke rumahnya.
Seorang nenek berjalan menghampiri Rintik dan mengusap lembut rambut Rintik." Kamu udah pulang sayang? Gimana sekolah kamu?" Tanya Sandra.
Rintik tersenyum hangat." Biasa aja kok Oma, nggak ada yang spesial palingan juga di hukum lagi karena telat." Rintik terkekeh pelan.
Sandra mencubit pelan lengan Rintik." Dasar, dari dulu nggak pernah berubah. Selalu aja di hukum sama guru." Omel Sandra, Rintik menanggapinya dengan tertawa.
Nurma berjalan menghampiri Rintik dan Sandra lalu memeluk Rintik erat." Nenek kangen sama Rintik, Rintik apa kabar?" Tanya Nurma.
Rintik diam tidak membalas pelukan ataupun pertanyaan dari Nurma.
"Kalian mau ngapain ke rumah Bunda?" Tanya Rintik dengan nada ketus.
Nurma langsung melepaskan pelukannya dan menatap tidak percaya ke arah Rintik." Kok kamu nanya kayak gitu? Kamu nggak kangen sama nenek dan ayah."
Rintik menggelengkan kepalanya." Saya nggak punya ayah dan nenek, saya hanya punya Bunda dan Oma."
Deg!
Alfa merasakan nyeri di hatinya ketika mendengar penuturan kata dari Rintik. Ia menatap sendu manik mata putrinya yang menyiratkan kebencian. Segitu bencinya Rintik dengannya?
"Rintik! Kamu nggak boleh ngomong gitu, mereka itu ayah sama nenek kamu. Bukannya kamu pernah bilang kalo kamu pengen ketemu sama mereka?" Ucap Sandra.
"Itu dulu, sekarang udah nggak." Jawab Rintik.
"Kenapa?" Bukan Sandra yang bertanya melainkan Nurma.
Rintik menghela nafas sejenak." Buat apa Rintik ketemu sama orang yang udah ninggalin Rintik sama Bunda demi wanita lain."
Sungguh sakit ketika Alfa mendengarnya. Ingin sekali ia menjelaskan semuanya kepada Rintik, tetapi melihat respon dari putrinya. Ia rasa tidak mungkin jika Rintik akan memaafkannya. Sama halnya dengan Alfa, Billa juga merasa sakit mendengar kata yang keluar dari mulut putrinya.
Sedangkan Tania duduk sembari menundukkan kepalanya. Ia bingung, apakah ia harus merasa senang atau sedih mendengar kalimat itu.
Billa berjalan mendekati Rintik." Rintik, kamu---"
"Udahlah Bunda. Bunda nggak perlu bujuk Rintik lagi. Rintik udah besar, Rintik berhak ngatur hidup Rintik sendiri. Apa salah kalo Rintik benci sama orang yang udah ninggalin kita?" Rintik menatap sendu ke arah Billa.
"Kamu nggak salah, ayah memang pantas buat kamu benci. Tapi tolong ijinkan ayah buat meluk kamu, ayah pengen meluk putri ayah." Lirih Alfa.
Seketika air mata Rintik mengalir deras. Ia ingin sekali memeluk ayahnya, sangat sangat ingin." Maaf Rintik nggak bisa." Jawab Rintik lalu berlari keluar dari rumahnya.
Alfa menatap nanar punggung Rintik yang mulai menghilang." Maafin semua kesalahan ayah, Rintik."
🌿🌿🌿
Rintik menangis terisak-isak, matanya sembab karena kebanyakan menangis. Entah mengapa air matanya tak mau berhenti. Ia juga meluapkan tangisannya dengan melemparkan batu ke danau. Yah danau yang sering ia kunjungi bersama Elang.
"Rintik pengen meluk ayah hiks... Rintik pengen banget hiks... Tapi Rintik nggak mau bikin Tania sakit hati hiks..."
Rintik menghapus air matanya berkali-kali namun tetap saja air matanya tidak mau berhenti.
"Jangan nangis!"
Suara itu? Suara yang selama ini ia rindukan, suara yang selalu membuatnya bahagia. Rintik mendongakkan kepalanya menatap Elang, tanpa aba-aba Rintik langsung memeluk Elang dan menangis di pelukannya." Elang hiks... Hiks..."
Rintik semakin mengeratkan pelukannya." Lo kemana aja selama ini? Lo kenapa menjauh dari gue? Gue minta maaf hikss... Jangan jauhi gue lagi, gue mau lo terus ada sama gue hiks..."
Elang membalas pelukan Rintik tak kalah eratnya, ia mengecup pucuk rambut Rintik." Gue juga mau terus ada buat Lo, tapi Tuhan nggak ngijinin itu. Gue akan tetap pergi dari kehidupan lo, Rin."
Bersambung…
Gimana part kali ini?
Jangan lupa vote and coment, wajib!
SEE YOU NEXT PART 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik hujan [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi malas merevisi, harap maklum jika ada typo!) Rintik hujan Capella itulah namanya, seorang gadis yang selalu berusaha mendapatkan cinta seoran...